Kalsel

Catatan Sejarah (2); Berhasil ‘Mendayung’ Jukung ke Pentas Dunia, Erik Petersen Mualaf dan Menikahi Wanita Banjar

apahabar.com, BANJARMASIN – Setelah berhasil membawa jukung ke pentas dunia, Kai Asing, Erik Petersen kemudian memilih…

Petersen atau Haji Arif Faturrahman. Foto-Istimewa

apahabar.com, BANJARMASIN - Setelah berhasil membawa jukung ke pentas dunia, Kai Asing, Erik Petersen kemudian memilih untuk menjadi mualaf atau masuk Islam dengan nama Haji Arif Faturrahman.

“Bagi masyarakat setempat biasa dipanggil dengan Kai Asing atau Kai Jukung,” ucap Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP ULM Mansyur kepadaapahabar.com, Senin (29/7/2019) pagi.

Baca Juga: Catatan Sejarah (I), Kakek Asing di Banua Anyar Banjarmasin Bawa Jukung ke Pentas Dunia

Menurutnya, Erik sebelumnya memang sempat menikah dengan wanita Denmark. Walaupun kemudian bahtera perkawinannya kandas. Erik Petersen dikaruniai 3 orang anak di negeri Skandinavia ini.

Saat berada di Indonesia dan meneliti Jukung, hati Erik kemudian tertambat pada sosok wanita asal Kalimantan Tengah, Mastun Kasran.

Saat bertemu, Erik seakan berkata dalam Bahasa Danish, “Jeg kan godt lide det” (Saya menyukainya). Setelah menikah, mereka lalu menetap di Banua Anyar, Kota Banjarmasin.

Sayang, cerita indah dengan Mastun berakhir pada tahun 2005, Erik Petersen menghembuskan nafas terakhirnya setelah berjuang menghadapi penyakit ginjal yang dideritanya.

Satu hal yang patut diacungi jempol. Sampai akhir hayatnya pun, penelitian pria yang nyentrik ini terhadap beragam jenis perahu atau jukung khas Kalimantan terus dilakoni.

“Bisa dikatakan kalau jukung memang sudah menjadi bagian dari denyut nadinya. Kecintaan yang tak lekang oleh masa,” kata Mansyur.

Buku Petersen tentang Jukung Borneo kemudian diringkas dan dialihbahasakan oleh Profesor Melkianus Paul Lambut. Dicetak PT Grafika Wangi Kalimantan-Banjarmasin Post Group, 2001.

“Erik Petersen secara detail menggambarkan jenis jukung di Sungai Barito beserta bahan-bahan dasar dan cara pembuatannya,” tambahnya.

Dalam buku yang ia tulis, tercantum 14 macam jukung Suku Banjar secara detail. Adapun jenis jukung tersebut adalah Jukung Sudur Jukung Rangkan, Jukung Patai, Jukung Hawaian, Alkon, Jukung Rombong, Klotok Halus, Feri, Klotok Baangkut Barang, Jukung Nalayan, Jukung Tiung, Jukung Raksasa serta Motorbot.

Cover dari buku fenomenal Erik Petersen, berjudul Jukung-Boats from the Barito Basin, Borneo, terbitan tahun 2000

Erik Petersen juga memaparkan bahwa orang Banjar telah lama menguasai teknologi pembuatan perahu (jukung). Keahlian ini diwarisi mereka dari nenek moyang orang Banjar, yakni Dayak Maanyan.

“Makanya, Erik Petersen berkesimpulan jika penduduk asli Madagaskar yang merupakan wilayah kepulauan di Samudera Hindia, pesisir timur Afrika adalah migran Dayak Maanyan,” sebutnya.

Jukung merupakan perahu tertua dan telah ada sejak 2.500 tahun silam. Jukung paling sederhana itu dibuat dari batang kayu utuh yang dibelah menjadi dua dan dikerok menggunakan perkakas dari batu.

Salah satu bukti yang mendukung anggapan ini adalah ditemukannya peti mati dari kayu yang bentuknya mirip jukung sudur di Goa Niah, Sarawak, Malaysia.

Kai Asing telah membawa Jukung dari Sungai Barito hingga ke Laut Baltik. Sudah mengenalkan jukung dari Barito basin di daratan Asia hingga ke Benua biru dan pentas Dunia.

Kai Asing sang pria Denmark. Mengenalkan jukung dari Barito Basin di Asia hingga ke Benua biru. “Tusind Tak!” (terima kasih banyak) sudah mendayung perahu Jukung Barito ke negeri impian di pentas Dunia.

Baca Juga: Catatan Sejarah (3); Urang Banjar Lawan Keganasan Buaya dengan Kekuatan Gaib

Reporter: Muhammad RobbyEditor: Muhammad Bulkini