Cara Hitung Kalori

Cara Hitung Kalori untuk Penanganan Obesitas dan Tubuh Tetap Langsing

Punya tubuh langsing penting untuk kesehatan. Perhatikan cara hitung kalori agar tubuh tetap langsing ideal dan obesitas menjauh.

Hitung kalori makanan agar tubuh tidak obesitas (Foto: eeyuva)

apahabar.com, JAKARTA - Punya tubuh langsing penting untuk kesehatan. Hitung kebutuhan kalori agar tubuh tetap langsing ideal dan obesitas menjauh.

Dokter spesialis penyakit dalam dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Dr. dr. Em Yunir, SpPD., KEMD menganjurkan seseorang untuk menghitung kebutuhan energi berdasarkan aktivitas untuk tubuh tetap langsing dan mencegah obesitas.

Pengurus Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) itu menjelaskan, menghitung kebutuhan energi berdasarkan aktivitas mula-mula harus disesuaikan dengan tinggi badan dan berat badan yang dimiliki saat ini.

"Jadi, kita lihat karakternya, kita bisa lihat apakah penampilannya gemuk, normal, atau kurus," kata Yunir dalam bincang-bincang kesehatan yang digelar virtual, Senin (10/7).

Untuk mengetahui berat badan kurus, normal, atau gemuk, dapat dilakukan dengan menghitung Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). Caranya, berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter.

Baca Juga: Pola Makan Tak Sehat, 1.440 Balita di Bekasi Terindikasi Obesitas

Jika BMI kurang dari 18,5, maka statusnya adalah kekurangan berat badan (kurus). Sedangkan jika BMI 18,5 hingga 24,9 adalah ideal, dan jika BMI 25 hingga 29,9 adalah kelebihan berat badan (gemuk).

Yunir mengatakan orang yang memiliki badan gemuk membutuhkan 20-25 kalori per kilogram berat badan jika dia menjalani aktivitas ringan, kemudian 30 kalori per kilogram berat badan jika aktivitas sedang, dan 35 kalori per kilogram berat badan jika aktivitas berat.

Sedangkan orang yang memiliki berat badan normal atau ideal membutuhkan 30 kalori per kilogram berat badan jika beraktivitas ringan, 35 kalori per kilogram berat badan jika beraktivitas sedang, dan 40 kalori per kilogram berat badan jika beraktivitas berat.

Sementara itu, orang dengan berat badan kurus membutuhkan 35 kalori per kilogram berat badan jika beraktivitas ringan, 40 kalori per kilogram berat badan jika beraktivitas sedang, dan 40-50 kalori per kilogram berat badan jika beraktivitas berat.

Cara Menghitung Kebutuhan Energi

Untuk menghitung kebutuhan energi, kalikan berat badan dengan kebutuhan kalori berdasarkan aktivitas dan kategori status berat badan.

"Contoh, orang dengan tinggi badan 160 centimeter, berat badan ideal 54 kilogram, aktivitasnya ringan. Sehingga untuk aktivitas dia sehari-hari sebenarnya cukup kalau dia makan 1.700 kalori sehari (54x30=1.620, dibulatkan jadi 1.700)," kata Yunir menjelaskan.

Baca Juga: Bahaya Kekurangan Vitamin D karena Obesitas, Kenali Gejala Lainnya!

Menurut Yunir, penghitungan kebutuhan energi per kilogram berat badan berdasarkan aktivitas bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara asupan energi yang masuk ke tubuh dengan pengeluaran atau pembakaran energi melalui aktivitas sehari-hari.

Jika asupan energi yang masuk ke tubuh berlebihan dan tidak seimbang dengan yang dikeluarkan, Yunir mengatakan akan terjadi penumpukan lemak dalam tubuh yang pada akhirnya dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas.

"Masalahnya, zaman sekarang sangat mudah membeli makanan. Semua jenis makanan yang ada bisa (dibeli) online dengan berbagai macam variasinya. Kemudian, makanan enak itu yang manis-manis dan mengandung lemak tinggi sehingga, input-nya akan menjadi tinggi," ujar Yunir.

Jika seseorang kurang beraktivitas fisik sementara asupan kalori banyak, kalori tersebut tidak terbuang. Dalam jangka panjang, kata Yunir, kelebihan input makanan atau kalori menyebabkan penumpukan lemak di dalam tubuh

"Kelebihan makan sebesar 500 kalori, dalam satu bulan bisa menumpuk sel lemak sekitar 2 kilogram," kata Yunir melanjutkan.

Kemudian ketika seseorang mulai mengalami kegemukan, sel-sel lemak yang menumpuk akan mengeluarkan zat beracun yang dapat menyebabkan peradangan.

"Jadi, dalam sistem tubuh kita, terjadi peradangan yang meluas, yang menyebabkan insulin tidak maksimal, kemudian hormon leptin juga menjadi menurun fungsinya, ada keracunan yang disebut sebagai lipotoxicity, kolesterol tinggi, dan beberapa hal yang menyebabkan risiko diabetes menjadi lebih besar," kata Yunir.