Capaian Terdeteksi Kasus TBC di Kalsel Jauh Dari Target

Capaian terdeteksi kasus tuberkulosis atau TBC di Kalimantan Selatan masih jauh dari target.

abid P2 Dinkes Kalsel, Anhar Inwan, dalam Kick Off Meeting Project Asset Hibah CFCS Round 12 Stop TB Partnership, Selasa (30/1). Foto: apahabar.com/Bahaudin Qusairi

apahabar.com, BANJARMASIN - Capaian terdeteksi kasus tuberkulosis atau TBC di Kalimantan Selatan masih jauh dari target.

Itu tergambar dari data yang diungkap Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalsel.

Tercatat baru ditemukan 10.275 penderita TBC sepanjang 2023. Padahal target yang semestinya dicapai mencapai 16.926 orang.

"Capaian terdeteksi di Kalsel baru mencapai target 67 persen," papar Kabid P2 Dinkes Kalsel, Anhar Inwan, dalam Kick Off Meeting Project Asset Hibah CFCS Round 12 Stop TB Partnership, Selasa (30/1).

"Namun kalau dibandingkan lima tahun terakhir, tren di Kalsel meningkat. Di sisi lain, tingkat penemuan dan pengobatan di Kalsel mencapai 90 persen," sambungnya.

Adapun sepanjang 2024, Dinkes Kalsel menginginkan temuan sekitar 90 persen dari 15.123 orang yang diestimasi terjangkit TBC.

"Artinya mereka yang sakit diobati, demikian pula kontak erat," tegas Anhar.

Untuk menunjang target 2024, Kalsel sudah membuat kampung TBC di beberapa kabupaten/kota. Ini merupakan program pemperdayaan masyarakat dalam melacak pasien dan kasus baru.

Masyarakat di kampung TBC juga diberi pengetahuan dalam mengenali gejala, merawat hingga mendampingi pasien TB ke fasilitas kesehatan setempat.

"Pun kampung TB bisa dikloning ke semua kabupaten/kota. Untuk sementara kampung TB di Kalsel berada di Tapin, Hulu Sungai Utara (HSU) dan Tabalong," jelas Anhar.

Sementara Project Asset Hibah CFCS Round 12 Stop TB Partnership merupakan upaya yang memastikan penanggulangan TB nasional berpusat terhadap masyarakat.

"Makanya kami melaksanakan program penguatan kapasitas organisasi pasien menuju kemandirian untuk bersama-sama melawan TBC di Kalsel," papar Helmi, Ketua Yayasan TB Kalsel.

Hibah itu berisi serangkaian kegiatan pemberdayaan komunitas TB terkait advokasi, HAM dan kesetaraan gender. 

"Ini diharapkan meningkatkan kapasitas komunitas TB untuk membantu mengidentifikasi dan memantau hambatan, terutama untuk mengakses layanan dan memperkuat advokasi komunitas di tingkat daerah,” pungkas Helmi.