Kalsel

Butuh Uluran Tangan, Warga Muslim Dusun Sindawak Hutan Meratus Berjuang Bangun Rumah Ibadah

apahabar.com, KANDANGAN – Warga muslim Dusun Sindawak yang kampungnya berada di tengah hutan Pegunungan Meratus, sedang…

Pembangunan Langgar Darul Falah Sindawak, Desa Hamak Utara, Kecamatan Telaga Langsat, Kabupaten HSS. Foto-apahabar.com/Ahc27

apahabar.com, KANDANGAN – Warga muslim Dusun Sindawak yang kampungnya berada di tengah hutan Pegunungan Meratus, sedang berjuang membangun rumah ibadah.

Pembangunannya masih memerlukan uluran tangan donatur untuk menutupi biaya ratusan juta rupiah membangun rumah ibadah berupa langgar atau musalla tersebut.

Dusun Sindawak secara administratif merupakan wilayah Desa Hamak Utara, Kecamatan Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).

Ditempuh jalan setapak yang dibangun dari semen, sekitar 3 kilometer dari Dusun Umpaya, kampung terdekat yang jalanannya sudah beraspal.

Pembangunan Langgar Darul Falah Sindawak, Desa Hamak Utara, Kecamatan Telaga Langsat, Kabupaten HSS. Foto-apahabar.com/Ahc27

Namun akses ke jalan beraspal lebih dekat dari Dusun Pantai Langsat, Desa Hulu Banyu, Kecamatan Loksado, Kabupaten HSS. Yakni hanya sekitar 1,3 kilometer.

Ketua Pembangunan Langgar Darul Falah Sindawak, Fahriadi mengatakan, membangun langgar pihaknya membutuhkan dana sebesar Rp 150 juta rupiah.

Sedangkan dana yang sudah terkumpul, dari sumbangan baru sebesar Rp 31 juta rupiah.

Kendati demikian ungkapnya, beberapa waktu lalu ada pengusaha dari Kota Kandangan yang berjanji, ingin memberi material bangunan.

Pengusaha tersebut, kebetulan naik offroad yang melewati Dusun Sindawak.

“Kalau perlu bahan katanya ambil saja ke Kandangan, dan beliau meninggalkan nomor telepon,” ungkapnya kepada apahabar.com, Minggu (21/9) petang.

Selain itu, pembangunan pondasi sudah dibantu bahan dari dana desa setempat, senilai sekitar Rp 30 juta rupiah lebih.

Diungkapkannya, penduduk Dusun Sindawak berjumlah 26 kepala keluarga muslim seluruhnya. Sebelumnya, sudah ada bangunan langgar hanya seluas 5×6 meter persegi.

Langgar tersebut dahulunya dibangun tidak permanen, dari sisa-sisa material seperti pembangunan sekolah dan lainnya.

Saat ini sudah tidak memungkinkan lagi dilakukan pengembangan, karena tepat di bibir sungai.

“Bahkan, sebagian kaki bangunannya sudah berada di sungai,” terangnya, didatangi di kediamannya di Dusun Sindawak.

Maka direncanakan dibangun ulang di lokasi lain, tak jauh dari lokasi awal, yang tanahnya diwakafkan masyarakat seluas 15×15 meter persegi.

Direncanakan akan dibangun langgar permanen, dengan luas sekitar 7×7 meter persegi.