Bundengan

Bundengan, Tudung Penggembala yang Jadi Alat Musik Tradisional Wonosobo

Bundengan awalnya adalah tudung yang biasa dipakai penggembala di Wonosobo. Namun akhirnya berubah jadi alat musik tradisional.

Bundengan yang dibawa para penari di Wonosobo (Apahabar.com/Arimbihp)

apahabar.com, WONOSOBO - Bundengan awalnya adalah tudung yang biasa dipakai penggembala di Wonosobo. Namun akhirnya berubah jadi alat musik tradisional.

Sekelompok penari terlihat berlari lincah dengan membawa alat musik berbahan bambu dan senar. Bentuk alat musik itu unik, lebar menyerupai tameng, menguncup di bagian atasnya.

Alat musik itu adalah bundengan, tradisional khas Wonosobo, Jawa Tengah. Bundengan kini mulai langka dan semakin susah ditemui. 

Saat dipetik atau disentil lapisan inggisnya, bundengan mengeluarkan bunyi nyaring yang mirip dengan gamelan.

Seorang seniman Wonosobo, Mulyanti menuturkan, bundengan dipercaya telah muncul sejak lama.

"Bahkan, menurut kitab Wreta Sancaya keberadaannya telah ada sejak abad ke-12," kata Mulyanti, Senin (24/7).

Lebih lanjut, Mulyanti menceritakan, fungsi awal dari bundengan  bukan sebagai alat musik melainkan sebagai alat berteduh para penggembala ternak.

Baca Juga: Sound of Metal: Antara Musik, Kesunyian dan Amarah

Bundengan difungsikan menyerupai caping, para penggembala unggas biasa memakainya sebagai pelindung diri dari hujan dan matahari.

Umumnya bundengan memiliki tinggi kurang lebih 1,5 meter dan lebar sekitar 50cm.

Dengan bentuk yang besar tersebut bundengan dapat melindungi tubuh dari bagian kepala hingga sebagian belakang tubuh.

"Dilihat dari bentuknya, bundengan menyerupai kuwangwung, sebutan orang Jawa untuk hama yang menyerang pohon kelapa," jelas Mulyanti.

Mengingat fungsi bundengan yang awalnya dipakai oleh para penggembala, bagian kepala bundengan berbentuk sedikit mendongak.

Hal tersebut untuk mempermudah gembala dalam mengamati unggas-unggas peliharaannya saat berjalan.

Pada bagian dalam bundengan awalnya para penggembala memasang ijuk yang menjadi asal muasal suara musik alat tersebut

"Namun seiring berkembangnya jaman, ijuk mulai sulit didapatkan sehingga pemakaiannya digantikan dengan senar dari raket badminton bekas," jelasnya.

Baca Juga: 7 Kebiasaan untuk Meningkatkan Kecerdasan Otak, Main Musik Salah Satunya

Ada beberapa versi penjelasan tentang asal-usul sebutan bundengan. Jika mengambil pengertian dalam versi Yogyakarta nama tersebut diambil dari kata bundeng atau dalam bahasa Indonesia bindeng yang memiliki pengertian tidak bisa keluar jika tanpa bantuan alat.

Dalam versi lain sebutan tersebut muncul sebagai penjelasan atas bentuk inovasi nada kendang yang umumnya mengeluarkan suara dang deng dang deng . Adapula yang menganggap sebutan tersebut muncul karena suaranya yang menghasilkan efek suara berdengung.

Meski terlihat sangat sederhana dan hanya digunakan saat menggembalakan ternak, membunyikan bundengan harus menggunakan teknik khusus dan memiliki rasa terhadap alat musik tersebut.

Dalam memainkannya, pemetik bundengan harus bisa menyesuaikan kedua tangannya dan harus menguasai lagu lenggeran yang dimainkan.

Umumnya bundengan memang dimainkan untuk mendampingi kesenian Tari Lengger.

Sebagai informasi, tari lengger adalah kesenian yang biasa dilakukan secara berpasangan dengan peran perempuan yang dimainkan oleh laki-laki.

Namun permainannya saat ini juga seringkali turut mengiringi campur sari, rebana, dangdut sholawatan, pementasan wayang hingga untuk mengiringi lagu-lagu masa kini.

Saat ini pemain bundengan dan pemilik alat musiknya sendiri terbilang masih sangat sedikit.

Upaya untuk melestarikan alat musik tersebut harus dilakukan secara lebih giat agar keberadaannya tidak terlupakan.