Opini

Bulan Bahasa Sebagai Momentum mencintai Bahasa Indonesia

Oleh: Drs. Darmadi, M.Pd. Bulan Bahasa yang jatuh bertepatan pada bulan Oktober tahun 2020 telah kita…

Ilustrasi. Foto-freepik.com

Oleh: Drs. Darmadi, M.Pd.

Bulan Bahasa yang jatuh bertepatan pada bulan Oktober tahun 2020 telah kita masuki. Sejarah mencatat pada bulan 28 Oktober tahun 1928, sembilan puluh dua tahun yang lalu, para pemuda dari berbagai suku bangsa di Indonesia menciptakan suatu peristiwa yang sangat penting bagi perkembangan bahasa Indonesia ke depan menuju sebuah pencapaian peradaban baru dalam kedudukan bahasa Indonesia di negara Republik Indonesia tercinta ini.

Pencapaian kemajuan tersebut bisa dilihat dari ikrar ketiga Sumpah Pemuda yang berbunyi, "Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Bunyi ikrar Sumpah Pemuda ketiga tersebut bukan sebagai pengakuan terhadap bahasa Indonesia, tetapi lebih dari itu merupakan suatu keinginan yang luhur dan menjadi tekad bersama untuk menjunjung bahasa Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata menjunjung memiliki arti memuliakan; menghargai; menaati. Berdasarkan pengertian ini, kita akan menyadari bahwa betapa tinggi kedudukan bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia.

Dengan Sumpah Pemuda bulan Oktober 1928 ini hampir satu abad yang lalu para pemuda sudah memiliki keinginan, tekad yang kuat untuk memuliakan dan menghargai bahasa Indonesia. Para pemuda pada waktu itu menyadari bahwa bahasa Indonesia bukan hanya sebagai alat komunikasi tetapi bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa.

Memasuki minggu kedua bulan Oktober ini telinga kita terngiang kembali ketika mendengar kata Bulan Bahasa. Mungkin tidak semua kita mengetahui hakikat ucapan bulan bahasa itu. Malah banyak dari kita bertanya-tanya, walaupun hanya dalam hati, "Mengapa setiap bulan Oktober disebut sebagai Bulan bahasa?".

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu merupakan sebuah kewajaran dan seharusnya menjadi bagian sifat seorang yang terpelajar yang selalu mencari tahu setiap kebimbangan atau ketidaktahuan kita pada permasalahan yang timbul di hadapan kita. Ketidaktahuan itu malah bisa menjadi saat yang tepat untuk kembali menengok jauh ke belakang mempelajari sejarah panjang perjalanan bangsa ini terutama terhadap sejarah perkembangan bahasa Indonesia.

Waktu sembilan puluh dua tahun bukan merupakan masa yang singkat, namun bukan pula akhir sebuah cita-cita bagi membangun sebuah peradaban bagi bangsa ini. Rentang waktu yang cukup panjang itu senantiasa menjadi ladang pengabdian bagi kita untuk selalu berbuat yang terbaik bagi bangsa ini, khususnya dalam menghargai bahasa Indonesia.

Penghargaan terhadap bahasa Indonesia merupakan sebuah sikap nyata kita terhadap bahasa Indonesia. Sikap nyata tersebut ditunjukkan oleh perilaku kita terhadap bahasa Indonesia. Perilaku yang baik dalam berbahasa Indonesia bisa ditandai dengan tindakan untuk selalu memelihara bahasa Indonesia dan menjaganya dari pengaruh-pengaruh buruk terhadap penggunaannya dalam berkomunikasi sehari-hari.

Dalam kehidupan sehari-hari untuk memelihara bahasa Indonesia bisa kita mulai dari hal-hal yang selama ini kita anggap kecil, di antaranya jangan menulis kata dengan menyingkat, misalnya kata: yang disingkat yg, dengan disingkat “dgn”, ataupun mengulang kata buku-buku ditulis dengan “buku2”. Dengan menghindari "penyingkatan kata" dan penggunaan "angka dua" untuk pengulangan kata maka kita sudah termasuk turut memelihara bahasa Indonesia. Selain itu tentunya banyak lagi unsur-unsur yang bisa mempengaruhi keberadaan bahasa Indonesia agar tetap terjaga dan terpelihara dari pengaruh buruk tersebut. Bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa harus kita jaga, dan pelihara sebagai wujud kecintaan kita terhadap bahasa Indonesia.

Bulan Bahasa sebagai sarana refleksi diri untuk selalu berbuat yang terbaik bagi bahasa Indonesia dalam eksistensinya terhadap perkembangan gobal seperti sekarang ini. Bahasa Indonesia harus selalu dijaga dari pengaruh-pengaruh buruk terhadap bahasa Indonesia terutama sebagai sarana komunikasi sehari-hari. Kita sebagai pemakai bahasa senantiasa memperlakukan bahasa itu sesuai dengan situasi dan kaidah bahasa yang dimilikinya. Untuk memperlakukan sesuai dengan kaidah bahasa itu tentunya harus memiliki pengetahuan terhadap bahasa itu seperti yang pernah kita pelajari terutama sewaktu sekolah. Pengetahuan dan keterampilan yang kita terima di bangku sekolah sangat bermanfaat untuk menjaga identitas bahasa Insonesia di tengah arus pergaulan global sekarang ini.

Momen peringatan Bulan Bahasa di bulan Oktober mampu menguak kembali sejarah para pemuda dulu dengan segala keterbatasan, mereka bisa berbuat yang terbaik untuk bahasa Indonesia. Peristiwa 28 Oktober 1928 itu bisa membangkitkan semangat generasi sekarang agar juga bisa berbuat terbaik untuk perkembangan dan kelangsungan bahasa ini agar bisa berperan yang lebih baik di tengah pergaulan bangsa-bangsa di dunia.

*
Penulis adalah guru SMAN 1 Simpang Empat