Bukan PJJ, Disdik Banjarbaru Siapkan Opsi Lain Sekolah Terdampak Karhutla

Kepala Disdik Kota Banjarbaru, Dedy Sutoyo mengungkapkan, bahwa pihaknya masih harus memformulasikan lagi mengenai opsi kebijakan mengenai pengetatan jam belaja

Belajar mengajar di salah satu SD di Banjarbaru pada pukul 10.00 Wita usai kabut asap di pagi hari. Foto - apahabar.com/Fida

apahabar.com, BANJARBARU - Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Banjarbaru menyiapkan opsi mengenai jam belajar sekolah terdampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Salah satu opsi yang disediakan yakni pengetatan jam kerja, bukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang diterapkan Disdik Provinsi Kalimantan Selantan (Kalsel) dan daerah lainnya.

Selama ini Karhutla menimbulkan asap pekat hingga menimbukan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) muncul. Lantas, kebijakan untuk melindungi anak sekolah pun dikeluarkan. 

Meski sudah menyiapkan opsi selain PJJ, namun Kepala Disdik Kota Banjarbaru, Dedy Sutoyo mengungkapkan, pihaknya masih memformulasikan lagi mengenai pengetatan jam belajar bagi sekolah terdampak karhutla.

Pengetatan yang dimaksud ialah mempersingkat jam belajar. Jika normalnya jam belajar dimulai pukul 7.30 Wita, maka dengan kebijakan itu nanti, sekolah terdampak kabut asap diperkenankan memulai pembelajaran pada pukul 09.30 atau 10.00 Wita sampai pukul 14.00 Wita. 

"Kami masih mengumpulkan data dan informasi dari masing-masing kepala sekolah bagaimana pola pengetatan jam belajar ini diterapkan," ujarnya, Jumat (6/10) tadi. 

Sebab menurutnya, jenjang pendidikan yang perlu menjadi atensi di masa kabut asap ini adalah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Bahkan jika perlu, bisa diliburkan. 

"Karena kami pikir anak usia sekolah PAUD ini lebih rentan terserang ISPA," sebutnya.

"Karena itu, insyaa Allah Senin (9/10) nanti hasilnya sudah kita terbitkan dalam bentuk Surat Edaran (SE)," sambungnya. 

Sedang terkait kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) katanya belum menjadi alternatif kebijakan lainnya, karena dinilai kurang efektif. 

Lanjutnya, tidak ada jaminan siswa akan serius mengikuti proses pembelajaran jika dilakukan PJJ.

"Takutnya mereka malah main layangan, dan lupa dengan kewajiban belajarnya," cetusnya.

Alasan lainnya, banyak siswa dan orang tua yang tetap menginginkan pembelajaran tatap muka. Apalagi mengingat dalam beberapa hari terakhir kabut asap di Ibu Kota Provinsi Kalsel sudah berangsur hilang.

Baca Juga: Alasan Banjarbaru Tak Terapkan Pembelajaran Jarak Jauh, Dianggap Tak Efektif

Baca Juga: Sehari PJJ, SMA se-Kalsel Kembali Terapkan PTM