Konversi Motor Listrik

Bukan Cuma Subsidi Rp7 Juta, Berbagai Manfaat Konversi Motor Listrik

Kementerian ESDM terus mengkampanyekan pengembangan ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai, salah satu program konversi motor listrik.

Manfaat konversi motor listrik salah satunya mendapatkan subsidi dari pemerintah sebesar Rp7 juta. Foto: apahabar.com/DF

apahabar.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mengkampanyekan pengembangan ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai, salah satunya melalui program konversi motor listrik.

Kepala Balai Survei dan Pengujian Ketenagalistrikan dan EBTKE Kementerian ESDM, Senda Hurmuzan Kanam menjelaskan bahwa dengan program konversi motor listrik akan memberikan manfaat bagi masyarakat, terutama penghematan biaya bahan bakar dan penurunan emisi gas buang pada kendaraan.

"Terdapat enam manfaat yang didapatkan masyarakat setelah melakukan konversi motor listrik. Jika masyarakat sudah tahu keuntungan tersebut (konversi motor listrik) tentu akan membawa motor konvensionalnya ke bengkel konversi," kata Senda saat konferensi pers di Kantor Balai Besar dan Pengujian Ketenagalistrikan EBTKE di Jakarta Selatan, Rabu (7/6).

Baca Juga: Konversi Motor Listrik, Kementerian ESDM Catat Ada 318 Peserta

Lebih lanjut ia menambahkan, keenam manfaat bagi pengguna yang mngonversi motor listrik antara lain mendapatkan subsidi dari pemerintah sebesar Rp7 juta yang biaya rata-rata konversi sekitar Rp15 - Rp17 juta untuk motor transmisi manual.

"Selain itu juga bisa penghematan BBM dalam setahun sebanyak 355 liter, penurunan emisi karbon pada transportasi 0,64 ton per tahun. Keuntungan lainnya bisa menghemat biaya setahun sebesar Rp3,02 juta dan payback pembelian motor sekitar 5 tahun," ungkapnya.

Di waktu bersamaan, Tenaga Ahli Menteri ESDM bidang Kelistrikan, Sripeni Inten Cahyani menambahkan dengan konversi motor listrik, pemerintah mampu mengghemat anggaran BBM sebesar Rp3 triliun per tahun, jika total 6 juta unit motor bensin dikonversi ke listrik.

"Tahun 2022 subsidi dan kompensasi sebesar Rp283 triliun hanya untuk dibakar (subsidi BBM). Jika sebagian saja dipakai itu untuk konversi itu 7 juta unit hanya (mengeluarkan) Rp7 triliun, hanya 2,4 persen," tuturnya.

Baca Juga: Harley-Davidson Rilis Motor Murah, Pencinta Moge Wajib Tahu Harganya

Lebih jauh, efek dari subsidi konversi motor listrik juga dirasakan pada rantai supply chain yang siklusnya tetap di dalam negeri termasuk jasa bengkel serta keterlibatan sekolah kejuruan yang juga menyediakan bengkel.

"Sebenarnya harusnya jadi program pemulihan ekonomi nasional daripada subisdi BBM langsung dibakar lebih baik di shifting dulu untuk jadi motor listrik. Program konversi ini diajak langsung untuk peduli terhadap transisi energi," kata Inten.

Di sisi lain, kata Inten, target-target tersebut akan memberikan dampak positif pada peningkatan konsumsi listrik sebesar 15 gigawatt hour (GWh), penurunan emisi sebesar 30.000 ton dan pengurangan impor BBM sebesar 20.000 kiloliter (KL) yang secara langsung menghemat devisa negara sebesar 10 juta dolar AS.

Karenanya, menurut Inten ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) diperlukan untuk mendorong penggunaannya secara masif.

Baca Juga: Skuter Listrik Hasil Konversi Karya UMKM, Menhub: Lompatan yang Baik

Maka dari itu, diperlukan ekosistem pentahelix, yaitu pemerintah selaku regulator, pelaku usaha industri hulu dan hilir, serta perkuatan sistem rantai pasok, dan akademisi.

Termasuk, peran lembaga pendidikan untuk kesiapan SDM dan adopsi teknologi melalui penelitian dan pengembangan.

Selanjutnya, masyarakat diharapkan secara mandiri dan sukarela menggunakan KBLBB dan peran media yang mendorong edukasi dan informasi mengenai KBLBB.

“Pemerintah sangat penting menjadi katalisator dalam menciptakan iklim yang kondusif terjadinya harmonisasi unsur unsur pentahelix bekerja optimal,” pungkasnya.

Baca Juga: Konversi Motor Listrik, Kementerian ESDM Latih 20 Bengkel Motor UMKM

Inten juga mengingatkan jika salah satu komponen utama KBLBB adalah baterai. Untuk itu, penguatan rantai pasok hulu hilir industri baterai dan skala ekonomi menjadi kunci ketersediaan sumber energi dalam negeri yang terjangkau.

Pasalnya, tanpa pabrikasi dalam jumlah masif untuk mencapai skala ekonomis, hal tersebut tidak efektif untuk menekan harga beli KBLBB oleh masyarakat.

“Diperlukan dorongan fasilitas pembiayaan dan teknologi serta dukungan akses infrastruktur untuk menumbuhkan industri pengolahan mineral yang mendukung industri baterai nasional," tutup dia.