Info Kesehatan

Buka Puasa dengan Gorengan, Ancaman GERD Menanti?

Selain minuman manis, gorengan sering menjadi pilihan menu buka puasa. Ukurannya yang kecil membuat gorengan menjadi pilihan untuk mengganjal perut sebelum lanj

Gorengan yang kerap dijadikan kudapan berbuka puasa. Foto: Detik.

apahabar.com, JAKARTA - Selain minuman manis, gorengan sering menjadi pilihan menu buka puasa. Ukurannya yang kecil membuat gorengan menjadi pilihan untuk mengganjal perut sebelum lanjut makan besar. Lantas, apa gorengan dibolehkan menjadi santapan buka puasa?

Menurut dokter gizi dr Christopher Adrian, M Gizi, SpGK dari RS Siloam TB Simatupang, konsumsi gorengan untuk buka puasa boleh saja, asal hanya sesekali.

Jumlah gorengan setiap kali konsumsi pun harus dibatasi. Gorengan mengandung karbohidrat dan lemak yang tinggi sehingga konsumsi yang berlebihan memicu risiko penyakit.

"Kalau perut kosong lalu tiba-tiba makan gorengan. Gorengan itu tinggi karbohidrat dan lemak. Lambung itu mencerna setelah seharian kosong kok pas diisi malah gorengan ya?' Mungkin 1-2 kali tidak ada masalah. Tapi kalau setiap hari seperti itu, risiko untuk kena GERD, sakit maag, semakin berat," tutur dr Christopher dikutip dari detikHealth, Senin (27/3).

Ia menambahkan, orang biasanya makan beberapa gorengan saat berbuka. Gorengan pun ditambah cabai dan sambal kacang sehingga semakin nikmat dan nafsu makan bertambah. Akibatnya, asupan kalori kian besar yang mungkin melebihi kebutuhan kalori harian.

"Harus dibatasi. Sesekali tidak jadi masalah. Yang jadi masalah kalau setiap hari. Satu bulan bukannya kolesterol makin bagus, malah makin jelek abis puasa," pungkasnya.

Dikutip dari WebMD, gorengan adalah makanan tinggi lemak, kalori, dan garam. Beberapa penelitian mengaitkan gorengan dengan masalah kesehatan serius seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

"Makanan yang digoreng dapat memengaruhi risiko penyakit ini melalui beberapa faktor risiko utama: obesitas, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi. Proses penggorengan diketahui dapat mengubah kualitas dan meningkatkan kandungan kalori makanan," kata Leah Cahill, PhD, asisten profesor di Universitas Dalhousie.

Gorengan seringkali dimasak dengan minyak terhidrogenasi yang tinggi lemak trans. Banyak penjual menggunakan minyak ini karena memberi rasa dan kerenyahan pada makanan.

Lemak trans meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL), menurunkan kadar kolesterol baik (HDL), dan meningkatkan peluang terkena penyakit jantung.

Minyak terhidrogenasi sangat tidak sehat jika digunakan kembali, yang sering dilakukan penjual gorengan. Minyak terurai pada setiap penggorengan yang mengubah komposisi dan menyebabkan lebih banyak yang diserap ke dalam makanan. Perubahan komposisi ini meningkatkan peluang terkenal kolesterol tinggi dan hipertensi.