Gempa Cianjur

BRIN Waspadai 5 Titik Lokasi Jalur Patahan Pemicu Gempa Cianjur

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mewaspadai adanya lima titik di empat desa di Kecamatan Cugenang yang menjadi lokasi jalur sesar atau patahan. Hal itu y

Peneliti BRIN saat melakukan penelitian jalur sesarpatahan gempa di Desa Mangunkerta, Cianjur, Jawa Barat, lewat metode Geophysical Survey Sistem. Foto: Antara

apahabar.com, JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mewaspadai adanya lima titik di empat desa di Kecamatan Cugenang yang menjadi lokasi jalur sesar atau patahan. Hal itu yang sebelumnya diduga menjadi pemicu terjadinya gempa Cianjur.

Peneliti di Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN, Bambang Sugiarto menerangkan kelima titik tersebut teridentifikasi setelah BRIN melakukan monitoring geospasial. Kelima titik tersebut kemudian menjadi sampel penelitian para peneliti BRIN.

"Belum ditemukan (lokasi patahan). Karena disebut ditemukan itu kalau data parameter sesar aktifnya sudah jelas, panjangnya di mana, titik koordinatnya di mana, lewati area mana, miringnya ke mana, kedalamannya berapa, itu yang sedang kita lakukan," katanya seperti dilansir Antara, Kamis (27/7).

Baca Juga: Miris! Ribuan Siswa di Cianjur Masih Belajar di Tenda Darurat

Bambang mengaku penyebab gempa bumi Cianjur masih belum jelas asal jalur sesar atau patahan. Padahal, pihaknya sudah melakukan evaluasi dari data penelitian riset sebelumnya yang berasal dari beragam instansi, lembaga, dan universitas.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis bahwa gempa yang menghancurkan ratusan bangunan serta memakan korban jiwa tersebut berasal dari Sesar Cugenang yang baru teridentifikasi.

BMKG menyebut area sesar seluas kurang lebih sembilan kilometer persegi dan membuat sembilan desa dinyatakan sebagai zona berbahaya untuk dihuni, karena rawan gempa bumi.

Baca Juga: Pemkab Cianjur Angkat Tangan soal Pembangunan Sekolah Rusak

Kendati BMKG sudah merilis, BRIN menyebut bahwa sesar tersebut harus diteliti secara lebih komprehensif dan mendalam guna mendapatkan data yang lebih detail, utamanya lokasi jalur patahan.

Ia mengatakan ada dua metode yang digunakan untuk mencari lokasi yang dicurigai menjadi jalur patahan, yakni melalui metode Geolistrik Multichanel Resistivity dan Ground Penetrating Radar.

Kedua metode tersebut digunakan untuk mendapatkan pola pelapisan di bawah permukaan tanah.

"Nanti hasilnya akan kita kombinasikan apakah data dari geolistrik dan georadar itu sama persis atau tidak," kata dia.