Nusantaranomics

Bonus Demografi, IPB: Peluang dan Tantangan Nusantaranomics

Asisten Direktur Kajian Strategis IPB University Helmi Hidayat mengungkapkan model ekonomi Nusantaranomics tengah dihadapkan pada persoalan bonus demografi.

Asisten Direktur Kajian Strategis IPB University, Helmi Hidayat. Foto: Helmi kepada apahabar.com.

apahabar.com, JAKARTA – Asisten Direktur Kajian Strategis IPB University Helmi Hidayat mengungkapkan model ekonomi Nusantaranomics tengah dihadapkan pada persoalan bonus demografi.

Era bonus demografi, menurut Helmi membuat masyarakat belum merasakan imbas dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sesungguhnya. Terbukti dari tingginya angka usia penduduk produktif yang masih menganggur.

“Bisa dilihat dari banyak pengangguran dan kemiskinan yang terjadi pada mereka yang berasal dari usia produktif. Jadi bukan bonus demografi yang dirasakan tapi malapetaka,” ujarnya kepada apahabar.com, Minggu (64/2).

Halmi menambahkan, PR terbesar pemerintah saat ini adalah menyelesaikan permasalahan kualitas sumberdaya manusia (SDM). Jika tidak dibereskan, baik dengan modal ekonomi Nusantaranomics sekalipun, dampaknya tidak akan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.

Baca Juga: Pengamat Sebut Nusantaranomics Jawab Tantangan Ekonomi Berkelanjutan

Dengan Nusantaranomics, Helmi berharap konsep itu mampu menjawab tantangan, utamanya bagi pemerintah daerah agar dapat menemukan potensi di wilayahnya. Ini dimungkinkan karena Nusantaranomics merupakan model ekonomi yang berlandaskan pada kegiatan pelaku usaha di tatatan masyarakat lokal.

Itu sebabnya, model ekonomi Nusantaranomics sangat bergantung pada kontribusi pemerintah lokal di masing-masing daerah.

“Jadi pemerintah daerah itu harus mencari peluang-peluang di daerahnya, yang menjadi kekuatan ekonomi utama dari model ekonimi nusantara,” kata pria yang juga dosen Fakultas Ekologi Manusia IPB.

Alasan lainnya, karena aktivitas usaha masyarakat lokal memiliki kekhasan yang turut andil menjadi mendukung kekuatan ekonomi nasional. Hal ini, menurut Helmi, menjadi basis pengetahuan dari Nusantaranomics.

Baca Juga: Tantangan 'Nusantaranomics' Temukan Realitas dalam Model Ekonomi

“Contohnya seperti batik yang menjadi kekuatan ekonomi dari daerah Jawa Tengah, atau pariwisatanya yang menunjol. Itu menjadi kekuatan dari ekonomi masyarakat lokal,” ungkap Helmi.

Untuk itu, semua bergantung pada kemauan pemerintah daerah untuk secara terbuka mengembangkan potensi ekonomi sekitarnya. Dengan demikian, peningkatan ekonomi masyarakat akan terwujud, dan secara nasional ikut mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Termasuk dapat menciptakan kesempatan-kesempatan baru dari yang sudah pernah ada di daerah tersebut,” pungkasnya.