Nasional

Bonus Demografi 2030, Anak Muda Jangan Hanya Berpikir dalam Kotak

apahabar.com, BANJARMASIN – Memasuki era digital, generasi muda sebagai penerus bangsa dihadapkan dengan berbagai tantangan. Penggunaan…

foto- ilustrasi ULM

apahabar.com, BANJARMASIN - Memasuki era digital, generasi muda sebagai penerus bangsa dihadapkan dengan berbagai tantangan.

Penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari haruslah dimanfaatkan secara tepat dan maksimal, bukan justru sebaliknya.

Guna menghadapi tantangan tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Lambung Mangurat (BEM ULM) Banjarmasin menggelar Zona Ilmiah 2019.

Kegiatan di tingkat nasional ini mengambil tema mewujudkan generasi yang tangguh di era revolusi industri 4.0 menghadapi bonus demografi 2030. Terdiri dari dua rangkaian acara besar yakni Seminar Nasional dan Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional.

"Ini adalah salah satu program kerja BEM ULM yang diajukan oleh departemen pendidikan dan keilmuan. Tujuan kami sih untuk membangkitkan semangat kawan-kawan mahasiswa, baik dari ULM maupun di luar agar mereka lebih kreatif dan peduli dengan pendidikan ke depannya," ungkap Ketua Pelaksana Zona Ilmiah 2019, Aulia Rahmi di sela acara seminar nasional kepada apahabar.com, Kamis siang.

Seminar nasional ini diikuti ratusan peserta dari mahasiswa dan umum, dengan menghadirkan tiga narasumber, yaitu Kepala Bidang SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalsel, Syamsuri, Kepala Bidang Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga (KSPA) BKKBN Kalsel, Mila rahmawati dan Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Banjarmasin, Totok Agus Daryanto.

Dalam materi yang dipaparkan oleh narasumber, dampak revolusi industri 4.0 salah satunya adalah otomatisasi dan berkurangnya jumlah tenaga kerja manusia dalam produksi. Ancaman pengangguran, gesekan nasional, peningkatan angka kriminalitas, serta kemarahan sosial menjadi risiko melekat bagi setiap negara.

Bonus demografi diperkirakan mencapai puncaknya pada 2030 nanti. Untuk Indonesia pada jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70 persen, sedangkan 30 persen adalah penduduk usia non produktif.

Kepada apahabar.com, Totok menyambut baik kegiatan ini. Literasi ujarnya memang harus terus ditingkatkan, dan itu berangkat dari para generasi muda khususnya yang masih terus aktif dalam dunia pendidikan.

"Anak-anak muda sekarang jangan hanya berpikir di dalam kotak, kita harus terus membuka wawasan lebih jauh dan meningkatkan literasi dari segi teknologi, budaya dan sosial," ujarnya.

Generasi muda perlu memiliki kompetensi-kompetensi dalam menghadapi era revolusi industri 4.0. Sebuah era yang diwarnai oleh berbagai kecerdasan buatan dan memiliki dampak terhadap perkembangan dari berbagai aspek di kehidupan manusia itu sendiri.

Terkait tema seminar kali ini, bonus demografi ujarnya hanyalah sebuah bahasa optimisme yang harus dijadikan sebuah tantangan ke depan.

"Kalau saya pribadi mengatakan ini tantangan, bagi mereka yang masih berkuliah harus berpikir jauh untuk masa depan, kreativitas apa yang akan ditampilkan agar bisa diterima saat di lapangan kerja nanti," paparnya.

Mahasiswa diharapkan pintar dalam mengambil dan memanfaatkan setiap peluang. Tidak hanya untuk 10 tahun, namun hingga 20-30 tahun ke depan.

"Memang bonus demografi didapatkan di tahun 2020, tetapi tantangan itu akan kuat di 20 sampai 30 tahun ke depan. Perkembangan teknologi kita akan semakin kuat, di sinilah tantangan kita untuk ikut mengambil peran," imbuhnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi pada 2030, Indonesia akan didominasi masyarakat usia produktif sebesar 64%. Namun, hanya sekitar 27% masyarakat usia produktif yang memiliki tabungan masa depan

Baca Juga: BEM ULM Gelar LKTI Tingkat Nasional, Mahasiswa Malang Tampilkan Aplikasi Deteksi Makanan Palsu

Baca Juga: Raih Prestasi Nasional, Pemerintah Daerah Belum Lirik Gapura Karya Warga Banjarmasin

Reporter: Musnita Sari
Editor: Fariz Fadhillah