apahabar.com, JAKARTA – Pelaksanaan puasa Nisfu Syakban 1443 H jatuh di hari Jumat (18/3) besok.
Pada tahun ini, Puasa Nisfu Syakban bertepatan pada Jumat yang juga hari terakhir puasa Ayyamul Bidh.
Namun bagaimana hukumnya puasa Nisfu Syakban di hari Jumat? Berikut penjelasannya, seperti dikutip dari mediapemalang, Kamis (17/3).
Mengambil riwayat dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, "Hari ini (Jumat) adalah hari raya yang diberikan Allah kepada umat Islam." (HR. At-Thabrani)
Ada pula hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah tentang larangan puasa sunnah hari Jumat, kecuali sebelumnya (Kamis) atau setelahnya (Sabtu)
"Janganlah seseorang dari kalian puasa sunnah pada hari Jumat kecuali sebelum atau sesudahnya." (HR. Bukhari).
Tentang hadits ini, Imam Jalaluddin As-Suyuthi menguti pendapat Imam Nawawi dalam kitabnya Nur Al-Lum'ah fi Khsaish Al-Jum'ah.
"Pendapat jumhur ulama dari mazhab kita bahwa puasa sunnah pada hari Jumat hukumnya makruh jika tidak dibarengi dengan puasa sebelum atau sesudahnya. Namun ada pula pendapat yang membolehkan berpuasa asal puasa tersebut tidak menghalanginya mengerjakan ibadah di hari Jumat dan melemahkan kondisi fisiknya."
Di dalil lain yang dijelaskan Darul Ifta Mesir justru mengatakan bahwa hukum puasa sunnah pada hari Jumat memang makruh.
Jika puasa yang dikerjakan adalah puasa sunnah munfarid, yaitu puasa sunnah yang tidak terikat waktu dan ketentuan tertentu. Tetapi boleh puasa sunnah pada hari Jumat jika puasa tersebut gairu munfarid.
Menarik kesimpulan dari dalil Darul Ifta Mesir, berikut beberapa puasa sunnah yang boleh dikerjakan pada hari Jumat, yaitu:
1. Puasa Dawud
2. Jika pada hari Jumat bertepatan dengan puasa yang hanya dikerjakan pada waktu tertentu seperti puasa hari Arafah
3. Puasa Asyura (dikerjakan pada waktu tertentu)
4. Puasa Nisfu Syaban (dikerjakan pada waktu tertentu)
5. Puasa nadzar
6. Qadha puasa Ramadhan
Namun kembali kepada pendapat Imam Nawawi bahwa banyak pendapat tentang kebolehan puasa sunnah pada hari Jumat. Kita cukup kembali kepada pendapat yang paling diyakini.
Akan sayang sungguh sayang, jika puasa Nisfu Syakban yang hanya sekali setahun ini tidak dikerjakan, sementara sudah ada kebijakan dari Ahli Ilmu yang membolehkannya.