Kalsel

Bocah Badut Jalanan Banjarmasin Seorang Pelajar, Disdik Angkat Bicara

apahabar.com, BANJARMASIN – Kabar bocah berprofesi badut jalanan Banjarmasin demi smartphone untuk sekolah daring mendapat respon…

Marak badut di Banjarmasin mendapat perhatian Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A). Foto-dok/apahabar.com

apahabar.com, BANJARMASIN – Kabar bocah berprofesi badut jalanan Banjarmasin demi smartphone untuk sekolah daring mendapat respon dinas pendidikan kota.

Seperti diketahui, bocah badut jalanan Banjarmasin itu mengaku seorang pelajar kelas 6 salah satu Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Banjarmasin.

Ia hanya salah satu dari pelajar di Kota Banjarmasin yang bekerja, utamanya demi memenuhi kebutuhan membantu orangtua di tengah pandemi Covid-19 sekarang.

Dominannya pelajar tersebut masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) atau MI. Mereka ada yang melakoni pekerjaan sebagai badut jalanan.

Alasan bekerja sangat beragam, dari ingin membeli smartphone hingga terdesak ekonomi keluarga.

Dinas Pendidikan (Disdik) Banjarmasin angkat bicara perihal keadaan tersebut.

Kabid SD Disdik Banjarmasin, Nuryadi mengatakan belum ada bukti dan laporan bahwa badut jalanan tersebut merupakan siswa atau pelajar.

"Belum ada laporan ke Disdik badut yang dijaring oleh Satpol PP adalah pelajar SD," ujar Nuryadi ketika dihubungi apahabar.com.

Meski begitu, Nuryadi menerangkan akan segera melakukan penelusuran kepada siswa yang diduga bekerja sebagai badut jalanan.

Latar belakang pekerjaan orangtuanya pun harus diketahui pihak Disdik Banjarmasin untuk mengetahui alasan atau motif anak dibawah umur bekerja.

Pasalnya, kata dia, pelajar bekerja ini karena adanya keterpaksaan serta didorong oleh faktor ekonomi keluarganya.

"Mungkin juga itu ada suruhan orangtuanya, makanya kita harus ada titik koordinasi," ucap Nuryadi.

Jikapun ada, Disdik Banjarmasin akan melaksanakan pembinaan kepada orangtua dan sekolah siswa itu sendiri.

Khusus sekolah, Nuryadi meminta agar anak tersebut memperoleh uluran tangan atau bantuan dana dari program Disdik Banjarmasin.

Di antaranya dalam bentuk Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah).

Adapun Disdik Banjarmasin, saat ini kata Nuryadi masih kekurangan kouta KIP. Disdik mempunyai kouta 3 ribu siswa. Sedangkan hanya ini terpenuhi 2 ribu pelajar.

Namun sebelum itu, sekolah harus mempertegas bahwa anak tersebut adalah siswa tidak mampu.

"Bisa kita buatkan dan disalurkan melalui operator sekolah masing masing," imbuhnya.

Selain itu, Nuryadi menyesalkan kondisi tersebut bahwa anak dibawah umur disuruh mencari nafkah.

Apalagi, menurutnya kostum badut tersebut berukuran besar sehingga sangat berat untuk ditompang oleh badan siswa SD. Belum lagi, kostum tersebut cukup pengap digunakan di bawah terik panas matahari.

"Kita memastikan dulu apakah itu siswa SD atau lain," pungkasnya.