BNPB Catat 52 Bencana Sepekan Terakhir, Terbanyak Karhutla

BNPB mencatat 52 kejadian bencana terjadi dalam sepekan terakhir atau periode 14 hingga 20 Agustus 2023.

Kebakaran lahan di Jalan Trikora Banjarbaru. Foto-dok/Polsek Liang Anggang

apahabar.com, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 52 kejadian bencana terjadi dalam sepekan terakhir atau periode 14 hingga 20 Agustus 2023. Tercatat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi kejadian bencana terbanyak dalam sepekan.

“Di Indonesia pada 14 sampai 20 Agustus terjadi 52 kali kejadian bencana. Masih kita kebakaran hutan dan lahan, dan memang kalau nanti kita bisa lihat trend-nya BNPB sudah bisa mengatakan kita ada masuk pada fase puncak musim kemarau,” ungkap Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, kutip Okezone. 

Aam sapaan akrab Abdul Muhari mengatakan meski kini kejadian bencana paling banyak adalah karhutla, namun ada beberapa lokasi khususnya bagian utara garis khatulistiwa itu dan bagian Indonesia Barat itu masih ada hujan dengan intensitas cukup tinggi sehingga ada banjir bandang di Pesisir Selatan Sumatera Barat dan Aceh Tenggara di Aceh.

Aam mengatakan bahwa karhutla sudah sangat dominan seperti minggu-minggu sebelumnya dan kekeringan di Jawa. “Kalau untuk Kalimantan dan Sumatera biasa kita bicara gambut, kalau di Jawa itu karena di dekat pemukiman.”

“Jadi sering sekali kami mendapatkan laporan dari daerah ada masyarakat yang membakar sampah kemudian tidak dipadamkan malam, kemudian menyebar sehingga merangsek hampir dekat pemukiman,” katanya.

Pada kesempatan itu, Aam mengatakan frekuensi kejadian kebakaran di perumahan juga tinggi sekali bahkan dalam 3 minggu terakhir. “Memang padat dan cepat menyebar ya sangat panas dan sangat kering udaranya sehingga begitu satu terbakar ada angin langsung (terbakar).”

Apalagi, kata Aam, khusus daerah Indonesia memang penyebaran paling cepat dibantu oleh angin, disamping kondisi objek terbakarnya, semak, ilalang dan lain-lain memang sangat kering.

“Jadi kalau kita lihat video-video amatir yang dilaporkan ke kami itu ketika semak-semak belukar terbakar itu apinya seperti gas, sangat apa intensitas atau kekuatan api itu sangat luar biasa,” katanya.

Oleh karena itu, Aam mengatakan upaya pemadaman kebakaran berjibaku dengan nyawa sebenarnya. Bahkan, seperti terjadi di Kalimantan Barat ada satu korban akibat karhutla karena arah penjalaran api.

“Jadi kadang-kadang ketika kita memadamkan api kita harus melihat di belakang arah angin, kalau angin ini dia menuju ke mana, kita tidak boleh ada di depan kita harus di belakang karena kalau kita berada di depan itu nanti bisa terkepung dan kita tidak bisa menyelamatkan diri,” pungkasnya.