Stunting

BKKBN Rumuskan Strategi Lima Pilar untuk Turunkan Angka Stunting

Deputi Bidang Advokasi BKKBN Tegus Santoso menegaskan upaya menekan angka stunting hingga mencapai target 14% pada 2024 bukanlah tugas yang mudah.

BKKBN. Foto: Republika

apahabar.com, JAKARTA - Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi BKKBN Sukaryo Tegus Santoso menegaskan upaya menekan angka stunting hingga mencapai target 14% pada 2024 bukanlah tugas yang mudah.

Menurutnya, penanganan stunting bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat dan semua pihak terkait. Terlebih, masih ada berbagai tantangan yang perlu diatasi secara bersama-sama.

“BKKBN sebagai salah satu lembaga yang terlibat dalam penanganan stunting diberikan mandat khusus untuk bekerja sama dengan lembaga lainnya dalam mengatasi masalah ini,” ujar Sukaryo dalam dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang mengangkat tema Langkah Penting Turunkan Stunting, Senin (26/6).

Dalam upaya penanganan stunting, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah merumuskan strategi ke dalam lima pilar. Pertama adalah komitmen berkelanjutan dari para pemimpin. Pilar kedua, peningkatan literasi masyarakat. Pilar ketiga berupa konvergensi dan keterpaduan lintas sektor. Pilar keempat yaitu pemenuhan gizi yang tepat.

Baca Juga: Efektifitas Anggaran jadi Kunci Penting Menurunkan Angka Stunting

Terakhir, penguatan sistem pemantauan dan evaluasi sebagai pilar kelima. "Penguatan lima pilar itu menjadi langkah penting dalam upaya menekan angka stunting di Indonesia," katanya.

Sukaryo menambahkan, "Dengan adanya komitmen bersama dari berbagai pihak, diharapkan bahwa target penurunan angka stunting menjadi 14 %  pada tahun 2024 dapat tercapai."

Senada, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memaparkan tentang pentingnya gotong royong atau kerja sama antar seluruh pihak untuk menekan angka stunting. Terdapat program penanggulangan stunting di Surabaya juga melibatkan peran aktif dari masyarakat.

Melalui program ‘Surabaya Hebat’, para relawan mendatangi rumah-rumah keluarga mampu yang awalnya enggan datang ke posyandu. Dengan membangun kekeluargaan dan mengubah mindset, masyarakat tidak segan untuk mengikuti program-posyandu dan menerima layanan kesehatan yang disediakan.

Baca Juga: Pencegahan Stunting, Kemenkes: Solusinya Pemberian Protein Hewani

Hal itu diterapkan Eri sehingga wilayahnya mampu mencapai kemajuan yang signifikan dalam menurunkan angka stunting di Kota Surabaya selama tiga tahun terakhir.

“Dalam tahun 2020, tercatat 12.788 kasus stunting, namun angka tersebut berhasil turun drastis menjadi 6.722 kasus pada tahun 2021, 923 kasus pada tahun 2022, dan hanya 889 kasus pada bulan Januari 2023,” pungkasnya.