Bisnis Thrifting

Bisnis 'Thirfting' Ramai Digandrungi Kaum Muda, Cuan Baru Pasca-Pandemi

Usaha thrifting saat ini sedang tren di kalangan anak muda. Thrifting adalah berburu pakaian branded bekas, yang umumnya diimpor dari luar negeri.

Pengunjung sedang memilih dan memilih pakaian bekas di pasar baru. (Foto: apahabar/Leni)

apahabar.com, JAKARTA - Usaha thrifting saat ini sedang tren di kalangan anak muda. Thrifting adalah berburu pakaianbranded bekas, yang umumnya diimpor dari luar negeri.

Thirfting kini menjadi solusi bagi kaum muda yang ingin tampil necis, tapi dengan dana yang pas-pasan. Karena barang yang dijual pun beragam, mulai dari pakaian, sepatu, tas, sampai jam tangan.

Tidak hanya menjadi konsumen, saat ini para pelaku usaha thirfting didominasi oleh kalangan usia muda. Mereka mencoba peruntungan dari bidang usaha ini, karena mereka menggemari hal-hal berbau fesyen.

Didominasi Kaum Muda

Berdasarkan pantauan apahabar.com, rata-rata pemilik kios usaha baju bekas di Pasar Baru merupakan kaum Gen Z. Puluhan pelaku bisnis thrifting berkumpul untuk menjajakan barang daganganya. 

Baca Juga: Dorong Kaum Muda Berbisnis, Anggawira: Mulai Saja, Nggak Usah Banyak Rencana!

Mulai dari jaket, baju, topi hingga sepatu bekas import branded siap dijajakan. Di tangan kaum milenial, bisnis thrifting yang biasanya dijajakan ala kadarnya berhasil dikemas semenarik mungkin. Barang yang dijual pun dalam keadaan bersih, sehingga menghilangkan kesan sebagai barang bekas pakai.

Bukan tanpa alasan mereka menggandrungi usaha jualan baju bekas itu. Tingginya antusiasme masyarakat terhadap tren thirfting membuat para pelaku usaha yakin untuk mendapatkan cuan dan pelanggan yang lebih banyak.

Cuan Bisnis Thirfting

Salah seorang pemilik kios thirfting di Pasar Baru, Bila (21) mengatakan jual beli baju bekas import branded belakangan ini menjadi peluang bisnis baru, khususnya di kalangan anak muda. 

Selain dapat meraup cuan puluhan juta rupiah perbulan, bisnis thrifting juga dapat membantu mengurangi limbah pakaian.

Baca Juga: Wow! Pedagang Pakaian Bekas di Pasar Senen Sehari Raup Omset Rp1 Juta

"Harga yang terjangkau serta kualitas yang masih bagus menjadikan barang bekas import branded banyak diburu pelanggan maupun kolektor," terang Bila kepada apahabar.com, di Jakarta, Sabtu (28/1).

Plus-Minus Thirfting

Perlu diketahui, dalam memulai sebuah bisnis, tentunya akan menghadapi dua kemungkinan yakni untung dan rugi. Tidak terkecuali dengan bisnis thirfting. Biasanya thrift shop yang sudah besar akan melakukan pembelian menggunakan bal. Dengan modal yang cukup besar juga di awal.

"Ya seperti itu sih, kalau di bisnis ini, di dalem bal itu untung-untungan juga. Harus tanggung risiko kalau ada barang cacat," ungkapnya.

Senada, Ikhwan (28) mengaku sudah mulai berjualan pakaian impor bekas di Pasar Baru sejak 2 tahun lalu. Pria asal Jawa Barat itu dapat mengantongi omzet hingga jutaan rupiah perharinya.

Baca Juga: Modifikasi Motor Anak Muda Kembali Sajikan Karya Ikonik

"Omzet yah gitu, engga nentuteh. tergantung rame atau engganya yang beli. Tapi stabilnya tuh sehari dapet lah sekitar Rp5 juta ke bawah, " kata Ikhwan dengan logat sunda yang khas.

Puncak jumlah pengunjung di Pasar Senen umumnya terjadi hari Sabtu dan Minggu. Untuk hari-hari biasa seperti Senin hingga Jumat tidak terlalu ramai.

Terkait antisipasi jika terjadi penurunan omzet, Ikhwan mengaku menjual baju bekasnya secara online melalui media sosial maupun situs e-commerce.

"Jadi akalinnya itu, saya sama istri ikut jualan di salah satu aplikasi secara online. Sambil ikutin perkembangan zaman, orang-orang yang maunya belanja dari rumah. Lumayan buat tambah-tambah penghasilan," pungkas Ikhwan.