Hot Borneo

Bikin Bangga, Kopiah Jangang Tapin Tembus Pasar Malaysia

apahabar.com, RANTAU – Berawal dari mengisi waktu luang, kopiah jangang produksi Kecamatan Candi Laras Selatan (CLU),…

Proses penganyaman kopiah jangang di Desa Margasari Ulu, Kecamatan Candi Laras Utara, Tapin. Foto: Istimewa

apahabar.com, RANTAU – Berawal dari mengisi waktu luang, kopiah jangang produksi Kecamatan Candi Laras Selatan (CLU), Tapin, ternyata sukses menembus pasar Malaysia.

Membuat peci atau kopiah jangang memang sudah menjadi rutinitas keseharian, terutama kaum perempuan untuk mengisi waktu luang perempuan.

Bahan utama peci tersebut adalah kulit pohon jangang yang diperoleh dari Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

“Rata-rata perempuan di daerah kami memiliki keahlian membuat kopiah jangang,” papar Mastanian, salah seorang pengrajin kopiah jangang di Desa Margasari Ulu, Candi Laras Selatan.

“Untuk bahan baku didatangkan dari Kaltim dan Kalteng. Kami biasanya membeli per kilogram seharga Rp200 ribu,” imbuhnya.

Pengolahan kopiah jangang melalui beberapa tahapan. Diawali perendaman kulit kayu selama 12 jam, pemisahan antara kulit dengan isi, lalu dibelah-belah dan diraut.

“Baru dilakukan penganyaman. Dalam penganyaman pun melalui beberapa tahapan lagi seperti mengolah tampuk, menuruni, menulang walut, dan lain-lain,” lanjut Mastanian.

Dibutuhkan waktu sekitar 4 hari untuk memperoleh bentuk satu kopiah jangang. Khusus motif-motif tertentu, bahkan bisa membutuhkan waktu sampai sebulan.

“Tergantung kerapatan anyaman. Kalau anyaman rapat, proses pembuatan semakin. Harga sedikit lebih mahal dibandingkan yang biasa,” jelas Mastianian.

Sementara harga kopiah jangang bervariasi. Mulai dari harga Rp150 ribu hingga mencapai jutaan.

“Kami pernah menjual kopiah jangang ke Malaysia dengan harga Rp2,5 juta,” beber Mastianan.

Sementara Kepala Desa Margasari Ulu, Yuseriadi, menyebut produksi kopiah jangang merupakan salah satu potensi andalan kawasan tersebut.

“Kurang lebih 200 orang. Hampir semua perempuan di Margasari Ulu merupakan pengrajin kopiah jangang,” sahut Yuseriadi.

Desa Margasari Ulu memiliki sekitar 200 pengrajin kopiah jangang, hampir semuanya perempuan. Foto: Istimewa