Info Parenting

Bijak Mendampingi Anak Puber, Orang Tua Harus Bagaimana?

Menghadapi anak yang masuk masa pubertas jadi tantangan tersendiri bagi kebanyakan orang tua. Terlebih jika kendalanya adalah pandangan tabu

Ilustrasi orang tua mendamping anak usia pubertas. Foto: Fimela.

apahabar.com, JAKARTA - Menghadapi anak yang masuk masa pubertas jadi tantangan tersendiri bagi kebanyakan orang tua. Terlebih jika kendalanya adalah pandangan tabu saat membahas masalah sensitif bersama buah hati yang memasuki fase remaja.

Untuk itu, Psikolog Klinis Anak, Remaja dan Keluarga Roslina Verauli M.Psi mengatakan orang tua diharapkan bisa menjadi teman diskusi bagi anaknya ketika masa pubertas untuk menghindari ledakan emosional dan perilaku berisiko.

"Orang tua menjadi jaring pengaman bagi putra putri ketika mereka memiliki problem. Pendampingan di rumah adalah landasan dari segalanya," ucapnya dalam diskusi kesehatan yang diikuti secara daring di Jakarta, baru-baru ini.

Vera mengatakan anak remaja pada masa pubertas juga butuh pendampingan orang tua dari sisi psikologis. Kurangnya penanganan dan perhatian akan masalah kesehatan mental remaja dan bisa jadi memicu kerentanan remaja.

Ia melanjutkan peran orang tua juga sangat besar dalam psiko sosial remaja, diantaranya menunjukkan penerimaan dan kasih sayang, memberikan model afeksi yang tepat, memberikan informasi tentang pendidikan seksualitas, memberi akses ke profesional untuk remaja, dan melatih membuat keputusan seksual yang sehat.

"Tugas kita sebagai orang tua memberikan pendidikan seks berkualitas dan gender agar Putri kita nanti mampu membuat keputusan seksual yang tepat untuk dirinya hingga nanti di usia dewasa 20 tahun," ucap Vera.

Selain itu, jika anak bercerita, orang tua harus menunjukkan menerima mereka. Jika komunikasi orang tua negatif, anak cenderung akan menghindar.

Menurut psikolog lulusan Universitas Tarumanegara ini, saat pubertas remaja sedang butuh dukungan, tidak hanya dari orang tua tapi juga dari teman-temannya. Jika ada masalah dalam komunikasi, mereka berpotensi akan lari ke sosial media yang jauh lebih beresiko.

"Dekati anak sesuai dengan jamannya, dengan teknik yang sesuai dengan si anak. Contohnya dengan membahas film, lirik lagu atau sosial media yang mereka ikuti," ucap Vera.

Terkait masalah kesehatan reproduksi, Vera mengatakan anak remaja harus dipenuhi kebutuhan nutrisi dan aktivitasnya untuk bisa mengeluarkan hormon yang terjadi selama masa pubertas.

"Anak remaja membutuhkan energi besar. Mereka harus cukup tidur, walaupun di usia remaja mereka susah tidur. Bahkan, jumlah jam tidur remaja lebih besar daripada anak SD. Cukupkan exercise atau olahraga karena ini baik untuk release hormon, dan berikan nutrisi yang sesuai,” ucapnya.