News

Bicara Konflik Rusia-Ukraina, Ilmuan Italia: Putin Pemenangnya

apahabar.com, JAKARTA – Seorang ilmuwan politik Italia, Lucio Caracciolo, dalam sebuah wawancara dengan koran setempat La…

Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto-AP.

apahabar.com, JAKARTA – Seorang ilmuwan politik Italia, Lucio Caracciolo, dalam sebuah wawancara dengan koran setempat La Stampam, mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin-lah pemenang dalam konflik Rusia dengan Ukraina, yang melibatkan Amerika Serikat (AS) dan NATO.

“Terlalu dini untuk memberikan penilaian akhir. Tetapi kita dapat mengatakan bahwa Putin memenangkan kemenangan taktis,” ujarnya dikutip CNBC Indonesia dari TASS, Kamis (17/2) waktu setempat.

Ini dapat dilihat dari Rusia yang kembali mendapatkan peran yang diperhitungkan AS.

“Dia telah memulai pembicaraan Rusia dan Amerika tentang senjata strategis global, lalu arsitektur keamanan Eropa dan memastikan Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO,” katanya lagi.

“Dia (Putin) menegaskan prinsip bahwa Rusia adalah kekuatan besar.”

Peran Rusia ini, juga terlihat dalam penyelesaian konflik Kazakhstan. Belum lagi, kata dia, perluasan pengaruh Moskow di Afrika.

Soal serangan Rusia ke Ukraina sendiri, yang digembor-gemborkan Barat, Caracciolo menyebut hal itu tak bisa dikesampingkan. Tapi, itu akan jadi sebuah kegagalan bagi Putin sendiri.

“Putin akan menghadapi perbedaan pendapat dari Rusia sendiri. Ini akan bertentangan dengan tesis yang ditegaskan tentang persaudaraan Rusia dan Ukraina,” jelasnya meragukan serangan.

“Dengan mempertahankan ketegangan, dia (Putin) justru mencapai semua tujuannya, dimulai dengan diskusi tentang keamanan global.”

Ia pun mengatakan bahwa Ukraina sebenarnya bukan prioritas AS. Sehingga negara itu hanya bisa mengandalkan dukungan AS dan Eropa secara terbatas.

“Tidak ada yang memikirkan aksesi nyata mereka (Ukraina) ke NATO,” tambahnya.

“Putin juga telah mendorong Ukraina ke titik di mana negara itu menjadi tidak menarik bagi investasi asing.”

Soal gas pun, di mana Rusia menjadi eksportir gas terbanyak Eropa, juga tak memainkan peran yang begitu penting.

“Saya tidak berpikir ini tentang perang atas gas. Ini adalah permainan strategis dan geopolitik. Bahkan Amerika tidak tertarik untuk menghilangkan ketergantungan energi Eropa pada Rusia sepenuhnya,” katanya.

Rusia merupakan salah satu eksportir besar sumber energi itu. Menurut data badan data Eurostat di tahun 2020, Rusia menyumbang sekitar 38% dari impor gas alam Uni Eropa yang mengirimkan hampir 153 miliar meter kubik.

Kontribusi Negeri Beruang Putih semakin besar di Eropa sejak produksi gas Belanda menurun akibat penutupan ladang gas. Belum lagi penutupan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Prancis dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara Jerman.