Bharada E dalam Episode Romantisasi Kriminal dan Hybristophilia

Bharada E tak henti-hentinya mendapat dukungan dari penggemar. Fenomenan romantisisasi kriminal cenderung menandakan hybristopholia

Karangan bunga berisi dukungan untuk Bharada E di depan PN Jaksel (Foto: dok. apahabar/Nurisma)

apahabar.com, JAKARTA - “We love you, Icad. Hadirmu, kejujuranmu memberikan keadilan untuk abangmu, Yoshua, dan keadilan untukmu sendiri.” Begitulah tulisan karangan bunga yang terpampang di depan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sejak Rabu (7/12) pagi.

Richard Eliezer, atau yang akrab disapa Bharada E, tak henti-hentinya mendapat dukungan dari penggemar. Sokongan demi sokongan terus mengalir, kendati dirinya menjadi terdakwa atas pembunuhan Brigadir J.

Ini pun bukan kali pertama Bharada E menerima karangan bunga kala menjalani sidang. Pada peradilan perdana yang berlangsung Oktober lalu, mantan ajudan Ferdy Sambo itu juga mendapat kiriman serupa yang berisi dukungan.

Pengirimnya, tak lain dan tak bukan, adalah penggemar Bharada E yang tergabung dalam komunitas online. Karangan bunga waktu itu mengatasnamakan “Ibu-Ibu Online”, sedangkan kini datang dari “Group Facebook” yang tak disebutkan nama spesifiknya.

Fenomena Romantisisasi Kriminal

Menilik fenomena serupa, Bharada E bukanlah satu-satunya terdakwa yang justru menjadi idola. Hal ini juga terjadi pada beberapa pembunuh berantai terkenal Amerika Serikat (AS), seperti Ted Bundy.

Bundy merupakan pelaku pelecehan seksual dan pembunuhan beberapa perempuan di Washington, Oregon, Colorado, Utah, dan Florida antara 1974 dan 1978. Meski sifatnya tidak manusiawi, dirinya malah menjadi bak selebriti.

Selama persidangan, kecerdasan dan pesona sang pembunuh berantai sukses menarik perhatian publik. Banyak kaum hawa yang mengidolakannya, bahkan sampai memprotes ketidakbersalahan Bundy dan menghadiri persidangannya. 

Kasus serupa juga terjadi pada Jeffrey Dahmer, sang pembunuh berantai yang menghabisi nyawa 17 pria pada 1978 hingga 1991. Meski banyak nyawa yang hilang di tangan Dahmer, dirinya menerima surat cinta dan hadiah dari penggemar setelah dipenjara. 

Pertanda Hybristophilia

Fenomena romantisisasi para kriminal yang demikian, sejatinya, dikenal dengan istilah hybristophilia. Ini merupakan kelainan psikologis yang membuat seseorang terangsang secara seksual dengan pelaku kejahatan, seperti pembunuhan atau pemerkosaan.

Hybristophilia juga dikenal sebagai Bonnie and Clyde Syndrome. Hal ini berdasarkan kisah legendaris Bonnie and Clyde, di mana Bonnie Parker merupakan seorang penderita hybristophilia yang rela menjalin hubungan dengan penjahat bernama Clyde Barrow.

Seorang penulis dan terapis seks, Michael Aaron, menjelaskan bahwa kelainan psikologis ini umumnya dialami perempuan heteroseksual. Kendati begitu, tak menutup kemungkinan pula jika pria mengalami perasaan serupa.

“Tentu saja ada pria yang tertarik pada perempuan berbahaya, karena mereka juga mungkin tertarik pada sensasi dan intensitas emosional yang ditimbulkan oleh perempuan tersebut,” katanya, dikutip dari Vice, Rabu (7/12).

Penyebab Hybristophilia

Profesor Psikologi Forensik di DeSales University, Katherine Ramsland, menyebut bahwa ada beberapa hal yang melatarbelakangi hybristophilia pada perempuan. Salah satunya, karena mereka memiliki harga diri yang rendah dan kurangnya sosok ayah. 

Selain itu, Ramsland mengatakan ada pula wanita yang sengaja menikahi penjahat lantaran ingin menjadi sorotan media atau mendapat kontrak buku dan film. Kemungkinan lainnya, mereka menganggap penjahat itu adalah sosok yang sempurna. 

Sementara itu, seorang psikolog bernama Leon F. Seltzer mengatakan pembunuh berantai kerap dianggap sebagai sosok yang bisa menjadi pelindung. Adalah wanita, yang biasanya berpikir seperti ini.

Itu juga sebabnya, banyak kaum hawa yang  nekat berkencan dengan seorang pembunuh berantai. Padahal, menjalin hubungan dengan penjahat bisa membahayakan diri sendiri – sebagaimana yang dialami Elizabeth Kloepfer yang menjalin hubungan dengan Ted Bundy, di mana dirinya nyaris terbunuh.