Kalsel

Besok Malam, NSA Project Movement Hadirkan Pertunjukan Gamalan di Taman Budaya

apahabar.com, BANJARMASIN – NSA Project Movement dengan Komposer Novyandi Saputra akan menggelar pertunjukan komposisi Gamalan Banjar,…

poster. Foto-istimewa

apahabar.com, BANJARMASIN – NSA Project Movement dengan Komposer Novyandi Saputra akan menggelar pertunjukan komposisi Gamalan Banjar, Rabu, 30 Oktober 2019 pukul 20.30 Wita. Bertempat di Gedung Kesenian Balairung Sari. Pertunjukan ini akan diformat selama kurang lebih 40 menit.

Gagasan "Musik Baru untuk Gamalan Banjar" ini berangkat dari nilai-nilai esensial tabuhan gamalan Banjar dengan konsep garap baru tanpa menghilangkan tata tabuh tradisi gamalan Banjar.

Pada karya kali ini, Novyandi Saputra kembali hadir sebagai Komponis dengan konsep-konsep musik-musik post-culture dengan media Gamalan Banjar.

Novyandi menyadari, selama memainkan gending-gending klasik terdapat sebuah esensi keterbukaan yang disampaikan oleh para pendahulu melalui gending-gending tersebut.

“Sehingga gamalan Banjar sebagai sebuah peristiwa musikal selalu terbuka atas sebuah masa,” ucapnya melalui siaran pers yang diterimaapahabar.com, Selasa (29/10) pagi.

Ia akan menghadirkan pola-pola garap baru yang mampu memberikan napas keberkembangan dan keterbukaan pada Gamalan Banjar tanpa menghilangkan spirit dari Gamalan Banjar itu sendiri.

“Berdasar pada peristiwa tersebutlah muncul istilah KALA yang berarti jangka perbuatan,” katanya.

Jangka perbuatan di sini diartikan sebagai bentuk perubahan gaya musikal Gamalan Banjar dengan semangat keterbukaannya.

Konsep kekaryaan KALA berangkat dari kuasa inner melodi para penabuh Gamalan Banjar yang terpusat pada instrumen sarun halus dan sarun ganal.

Kemudian membentuk pola counterpoint (Contrapung) yakni saling jalin dari titik yang sama dengan bentang melodi berbeda dan bertemu atau berhenti pada titik nada yang sama dengan instrumen-instrumen lainnya.

“Fleksibelitas tata tabuh yang dibentuk dari tempo dan dinamika akan menghadirkan gaya tabuh baru yang memungkinkan menghadirkan daya imajinasi bagi para penonton yang terkoneksi dengan wacana bebunyian yang dihadirkan,” sebutnya.

Komposisi ini bertujuan untuk melahirkan sebuah cara pandang baru, sehingga menambah pengetahuan dan pencerahan terhadap gaya garap. Lalu digambarkan sebagai sebuah keterbukaan bagi Gamalan Banjar yang hidup dalam pakem klasik.

“Serta memberi pencerahan bahwa Gamalan Banjar punya keterbukaan perubahan sosial dan budaya setempat,” pungkasnya.

Baca Juga: Nuansa Penuh Warna di Festival Hijau III Ije Jela Bahalap

Baca Juga: Lewat Pertunjukan Seni, Mahasiswa Unlam Ajak Save Meratus

Baca Juga: Merasakan Suasana 'Mistis' Tari Manopeng di Banjarmasin

Reporter: Muhammad Robby
Editor: Muhammad Bulkini