Gelar Batik Nusantara

Berlangsung Sukses, Perajin Batik UMKM Dominasi GBN 2023

Perhelatan Gelar Batik Nusantara (GBN) 2023 bertajuk 'Batik, Bangkit!' berlangsung meriah.

Perhelatan Gelar Batik Nusantara (GBN) 2023 bertajuk 'Batik, Bangkit!' di Jakarta (26/7) (Foto: Fikma/apahabar.com)

apahabar.com, JAKARTA - Perhelatan Gelar Batik Nusantara (GBN) 2023 bertajuk 'Batik, Bangkit!' berlangsung meriah. GBN tahun ini menghadirkan 250 perajin batik yang didominasi oleh para pelaku UMKM batik.

Hal itu disampaikan Ketua Gelar Batik Nusantara 2023, Diana Santosa. Menurut Diana, gelaran GBN memang didedikasikan khusus kepada para pembatik, utamanya perajin batik yang skala usahanya kecil dan menengah.

"Hampir 100 persen dari peserta itu perajin batik dari UMKM, paling hanya dua dan gak lebih 5 persen dari perusahaan," kata Diana saat ditemui apahabar.com, di Senayan Park, Jakarta, Selasa (26/7).

Diana lalu menceritakan keluh kesah para pembatik, terutama di masa pandemi COVID-19. Ternyata banyak dari para perajin mengalami penurunan omzet yang signifikan, bahkan terancam bangkrut.

Baca Juga: Batik Complongan, Batik Khas Indramayu dengan Ciri Khusus

Hal serupa, imbuhnya, juga berlaku kepada perusahaan besar batik. Parahnya lagi, banyak dari perajin batik yang terpaksa beralih profesi demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada kondisi itu, mampu bertahan hidup dengan beragam pekerjaan merupakan sebuah keuntungan.

"Banyak perajin yang beralih profesi jadi petani. Kita juga gak ingin perajin batik itu punah. Dan menurut saya, jika pasarnya bagus, hasilnya bagus loh," terangnya.

Di sisi lain, Diana mengungkapkan, perajin batik di ibu kota jauh lebih antusias ketimbang di daerah. Hal itu dia rasakan ketika menggelar acara yang sama beberapa waktu lalu di sejumlah daerah. 

Dalam GBN kali ini, dia berharap, dapat memberikan inspirasi bagi banyak orang serta yang terpenting adalah edukasi tentang batik. Tentunya, dengan semakin banyak masyarakat yang tertarik dengan batik, hal itu tak hanya sekedar melestarikan budaya lokal.

Baca Juga: Indikasi Geografis Batik Indonesia Masih Kalah dengan Malaysia

Jauh lebih penting, sambung Diana, hal itu untuk meningkatkan pendapatan para perajin batik di seluruh Indonesia yang masih setia dengan budaya warisan leluhur. Dan untuk kondisi normal, pendapatan perajin batik cukup bervariasi, tergantung dari jumlah produk yang dihasilkan.

"Kalau dari saya minimum income pengerajin itu sekitar Rp5 sampai Rp8 juta," pungkasnya.