Relax

Berkaca dari Tasyi Athasyia, Istri Harus Prioritaskan Suami atau Ibu?

apahabar.com, BANJARMASIN – Seorang anak perempuan yang sudah menikah, semua bisa dilakukan atas seizin suami. Akan…

Tasyi Athasyia. Foto-net

apahabar.com, BANJARMASIN – Seorang anak perempuan yang sudah menikah, semua bisa dilakukan atas seizin suami. Akan tetapi, tak jarang pilihan dihadapkan untuk seorang istri memilih suami atau ibunya.

Sebagai contoh ada istri yang memilih untuk merawat ibundanya. Akan tetapi, di satu sisi sang suami merasa kurang perhatian dan minta diurus juga. Tentu ini bukan pilihan mudah.

Bisa juga melihat bagaimana influencer Tasyi Athasyia yang mengikuti permintaan suami untuk tidak menghadiri pesta ultah keponakannya, Lily anak dari Tasya Farasya karena sebuah alasan yang dianggap bisa merusak hubungan rumah tangganya.

Akan tetapi, Tasyi tetap meminta maaf kepada ibunya, Bu Ala dan Tasya Farasya karena tidak dapat berhadir di acara ulang tahun keponakannya tersebut.

Meski sang bunda mengaku ada rasa jengkel. Tasyi tetap memilih mengikuti kata sang suami.

Namun ditegaskan Tasyi, dirinya tetap mencintai dan menyayangi ibu dan saudara kembarnya.

Heboh di Medsos, Begini Kronologis Masalah Si Kembar Tasya Farasya dan Tasyi Athasyia

Menyoal hal istri prioritaskan suami atau ibu, begini nasihat Ustaz Syam Elmarusy.

Dilansir dari Detikhot pada Jumat (5/8), berikut nasihat lengkap dari Ustaz Syam Elmarusy :

Jikalau diberikan pilihan, kembali ke dalil surganya seorang istri terletak pada suaminya. Tapi, bukan berarti dia mampu mengabaikan ibundanya.

Maka dalam hal ini, tidak ada pilihan, anak atau ibu, suami atau ibu ini adalah bukan pilihan yang bijak karena semuanya harus kebagian. Beliau sudah berusaha untuk membagi semua tapi ada yang masih merasa iri, merasa porsinya kurang.

Kalau ditanya siapa yang engkau prioritaskan, jawablah ‘Tetap yang aku prioritaskan adalah engkau suamiku.’ Suami dulu karena begitu dalilnya.

‘Tetap yang aku prioritaskan adalah engkau suamiku. Akan tetapi, saya tidak bisa melupakan seorang ibu yang dahulu melahirkan ku, yang dahulu merawat ku, yang dahulu memberikan ku air susunya tanpa pamrih. Sekarang waktunya aku untuk merawat dan sekarang aku meminta tolong engkau membantu ku untuk merawatnya.’

Sebagaimana engkau melihat anak kita juga membutuhkan ku, kalau aku tua nanti, mungkin saja aku membutuhkan bantuan daripada anakku.

Ini bisa dibicarakan baik-baik. Bisa dimusyawarahkan dengan baik. Bukan sesuatu hal yang berdosa ketika seorang istri meminta pendapat suami, ketika istri diminta kelonggaran waktu untuk ibundanya.