kecelakaan maut

Berkaca dari Kecelakaan Maut Syabda, Pakar: Pahami Tanda Silent Killer

Pebulutangkis muda Indonesia, Syabda Perkasa Belawa dan ibundanya meninggal dunia dalam insiden kecelakaan di Tol Pemalang, Senin (20/3) dini hari.

Kecelakaan maut menewaskan pebulutangkis Syabda Perkasa Belawa. (Foto: dok. Indosports)

apahabar.com, JAKARTA - Pebulutangkis muda Indonesia, Syabda Perkasa Belawa dan ibundanya meninggal dunia dalam insiden kecelakaan di Tol Pemalang, Senin (20/3) dini hari.

Peristiwa nahas tersebut terjadi akibat mobil yang dikemudikan sang ayah mengantuk saat Syabda bersama keluarganya tengah dalam perjalanan menuju Sragen Jawa Tengah untuk menghadiri pemakaman neneknya.

"PR (tugas rumah) terbesar adalah rasa lelah, capek, ngantuk dan bosan. Ini adalah silent killer, soalnya pengemudi tidak akan tahu kapan datangnya," kata Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SCDI), Sony Susmana saat dihubungi apahabar.com, Selasa (21/3).

Baca Juga: Kepergian Syabda, PBSI Kehilangan Salah Satu Atlet Tangguh

Ia menerangkan bahwa silent killer itu pasti datang mengingat keterbatasan kemampuan manusia ditambah posisi duduk terus menerus di mobil membuat oksigen dalam tubuh menjadi tidak lancar.

"Biasanya badan sudah kasih tanda-tanda butuh istirahat, hanya saja sering diabaikan karena faktor waktu, tanggung atau merasa masih baik-baik saja," imbuhnya.

Ia berkata obat dari mengantuk di saat perjalanan, pengemudi tersebut harus istirahat tidur atau stretching dengan menepikan kendaraan di rest area.

"Biasakan berkendara maksimal 3 jam dan diselingi istirahat minimal 20 menit sampai 1 jam. Berbagai faktor seperti usia, kemampuan berkendara, cuaca juga bisa menjadi pertimbangan durasi mengemudi kurang dari 3 jam," tegasnya.

"Kalau rasa kantuk mulai datang, jangan coba-coba menyiasati dengan menancap gas dengan alasan menaikan adrenaline karena itu sifatnya sementara. Sebenarnya rasa kantuknya belum hilang," pungkasnya.