Sindikat Narkoba Internasional

Berkaca dari Kasus Fredy Raja Narkoba Banjarmasin, Kenali Bahaya Operasi Plastik

Bandar narkoba jaringan internasional, Fredy Miming diduga melakukan operasi plastik untuk mengubah penampilan secara total demi mengelabui kepolisian.

Ilustrasi Operasi. Foto: Bunda Neuro Center

apahabar.com, JAKARTA - Bandar narkoba jaringan internasional, Fredy Pratama atau Miming diduga melakukan operasi plastik untuk mengubah penampilan secara total demi mengelabui kepolisian.

Hal itu diungkapkan Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, Brigjen Mukti Juharsa pada dalam konferensi pers pada Selasa (12/9).

"Ya ada kemungkinan dia mengubah wajah muka ya. Ya mau operasi plastik kita nggak tahu, dia mengubah identitas diri," ujarnya.

Praktik operasi plastik sendiri merupakan hal umum yang dilakukan di berbagai negara. Salah satu negara yang paling gencar terkait hal itu adalah Korea Selatan.

Baca Juga: Mata Sensitif Kena Cahaya Bisa Jadi Fotofobia, Ini Gejala dan Mengatasinya

Operasi plastik pertama kali berkembang pesat pada perang dunia pertama. Pada saat itu, praktik kedokteran itu dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki bagian wajah yang rusak akibat perang.

Cedera itu membutuhkan pengobatan melalui operasi rekonstruktif. Pada saat itu, ahli bedah menyadari bahwa penampilan seseorang berpengaruh pada tingkat kesuksesan seseorang, sehingga mulai berkembang operasi plastik.

Kebutuhan akan operasi plastik sendiri kian berkembang hingga saat ini telah berubah fungsi. Operasi itu tidak lagi untuk memperbaiki kerusakan pada tubuh melainkan untuk mempercantik diri.

Namun, banyak yang tidak menyadari bahwa operasi plastik memiliki sejumlah efek samping yang tidak terduga. Malansir dari berbagai sumber, berikut efek samping yang ditimbulkan dari praktik operasi plastik.

Baca Juga: Sleep Call, Isu Sosial hingga Kesehatan Mental pada Gen Z

Hasil yang tidak sesuai

Operasi plastik banyak digandrungi karena dapat mengubah struktur tubuh sehingga terlihat berbeda. Namun, pada beberapa kasus praktik kedokteran itu bisa memberi hasil yang tidak sesuai

Hal itu yan kemudian menjadi ketakutan bagi banyak orang ketika ingin melakukan opreasi plastik. Bukan mendapat hasil yang diinginkan operasi plastik justru bisa memperburuk penampilan.

Timbul jaringan parut

Kegiatan operasi plastik bukan berarti tidak menimbulkan luka, terdapat satu risiko yang akan terjadi saat melakukan praktik tersebut, yaitu bisa menyebabkan timbulnya beberapa jaringan parut yang tidak dapat diprediksi.

Efek yang dimaksud adalah kemungkinan praktik operasi plastik dapat menimbulkan keruasakan yang cukup signifikan terhadap kulit.

Kerusakan itu dapat mengubah jaringan normal kulit pascaoperasi, berakibat pada timbulnya perubahan yang tidak dinginkan terjadi pada area tertentu.

Baca Juga: Polri Duga Raja Narkoba Fredy Miming Lakukan Operasi Plastik

Kerusakan saraf

Efek dari operasi plastik tidak hanya berdampak pada penampilan luar, tapi terdapat bagian dalam tubuh yang juga bisa terdampak. Kebanyakan kasus efek dari operasi prastik bisa berdampak pada kerusakan saraf.

Efek samping yang ditimbulkan bisa bervariasi mulai dari kerusakan saraf sementara sampai dengan permanen.

Jika operasi dilakukan pada area wajah, kerusakan itu dapat menimbulkan ketidakmampuan untuk membuat ekspresi wajah atau mata terkulai (ptosis).

Infeksi

Praktik oprasi plastik juga dapa menimbulkan infeksi pada pasien. Akibatnya kebanyakan pasien harus melakukan pengecekan rutin ke dokter untuk mencegah kerusakan yang semakin parah.

Tidak hanya itu, pasien juga harus sangat disiplin untuk menjaga kebersihan tubuh terutama pada area yang sudah dioperasi.

Baca Juga: Awas, Polusi Buruk Dapat Memicu Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Nekrosis atau kematian jaringan

Terakhir adalah kemungkinan timbulnya Nekrosis. Nekrosis merupakan kematian jaringan yang diakibatkan dari kekurangan oksigen ke bagian tubuh tertentu, terutama di area tubuh yang telah dioperasi.

Meski jarang terjadi, efek samping nekrosis bisa terjadi terutama pada operasi plastik yang dilakukan dengan prosedur facelift, pengurangan payudara, dan area perut.

Nekrosis yang paling sering terjadi biasanya dialami oleh pasien operasi plastik yang sering merokok.

Alasannya karena perokok rentan mengalami kondisi penyempitan pembuluh darah, serta suplai oksigen yang relatif tidak banyak ke jaringan tubuh.