Kalsel

Berawal Dari Hati, Relawan Batola Tak Kapok Bantu Jemaah Haul Guru Sekumpul

Sekalipun harus begadang dan meninggalkan pekerjaan, tidak sedikit pun penyesalan tampak dari wajah-wajah relawan haul Abah Guru Sekumpul

Selain rest area, juga disediakan tambal ban dan bensin gratis di rest area Mesjid Baitul Muttaqin Bantuil. Foto-apahabar.com/Bastian Alkaf

apahabar.com, MARABAHAN – Sekalipun harus begadang dan meninggalkan pekerjaan, tidak sedikit pun penyesalan tampak dari wajah-wajah relawan haul Abah Guru Sekumpul di bagian utara Barito Kuala.

Penyelenggaraan 15 tahun haul Guru Sekumpul terbilang istimewa untuk warga Batola yang mendiami kawasan Kecamatan Mandastana, Jejangkit, Rantau Badauh, Cerbon dan Bakumpai.

Seiring perampungan pembangunan Jembatan Sungai Puting, kelima kecamatan tersebut menjadi tempat perlintasan jemaah haul dari Banua Enam, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.

Kawasan di lima kecamatan ini bukan lagi jalur alternatif seperti tahun-tahun sebelumnya. Sebaliknya sudah menjadi salah satu jalur utama, karena terbilang lebih dekat ke Sekumpul.

Hal tersebut dibuktikan dari intensitas kendaraan yang melintas dalam empat hari sebelum pelaksanaan haul.

Bukan merutuki kepadatan jalur lalu lintas, banyak warga justru berlomba-lomba memberikan pelayanan kepada jemaah yang melintas.

Total tersedia 17 posko yang membentang antara Bakumpai hingga Jejangkit. Itu belum termasuk posko dadakan.

Selain tempat beristirahat, posko juga menyediakan makanan, minuman, tambal ban dan bahan bakar. Semuanya disediakan tanpa dipungut biaya.

“Semua makanan dan minuman merupakan bantuan spontanitas dari warga,” sahut H Supian, koordinator rest area Musala Kanzul Khairat di Jalan Bahaudin Musa Kecamatan Cerbon, Senin (2/3).

“Kami mendirikan rest area ini dengan niat mensukseskan dan melancarkan perjalanan jemaah haul,” sambungnya.

Uniknya warga tiga desa yang berinisiatif membangun rest area tersebut. Mulai dari Desa Simpang Nungki, Sawahan dan Bantuil.

“Ide awalnya adalah keberadaan jalur sayap kiri dari dan menuju Banua Enam yang melewati Batola,” jelas Supian.

Dibuka sejak 27 Februari, diperkirakan sudah 2.000 bungkus nasi dan 5.000 kue yang disajikan kepada jemaah.

“Adapula sumbangan berbentuk beras sekitar hampir 10 blek. Kebanyakan sumbangan warga berupa nasi bungkus dan roti. Terkadang jemaah yang lewat, juga menyumbangkan roti dan air mineral,” beber Supian.

Direncanakan posko ditutup, Selasa (3/3), untuk mengantisipasi kepulangan jemaah yang masih bertahan di Martapura.

“Semua fasilitas tersedia hingga hari terakhir. Oleh karena kegiatan ini untuk haul ulama besar, insyaAllah rezeki juga tersedia. Mudahan tahun depan kami bisa berpartisipasi lagi,” yakin Supian.

Tidak hanya tempat beristirahat, posko lain di Jejangkit menampung jemaah yang tidak sempat ke Sekumpul. Meski hanya menonton rangkaian haul melalui layar lebar, suasana tetap khusyuk.

Kehadiran posko-posko di kawasan sayap kiri, ikut menenangkan hati jemaah yang memutuskan pulang malam. Terlebih belum semua ruas jalan dilengkapi lampu penerangan.

“Sebenarnya agak berisiko pulang malam, karena belum pernah lewat Sungai Puting,” papar Ridwan, jemaah dari Rantau yang membonceng istri dan seorang putra berusia sekitar 4 tahun.

“Namun kemudian kami cukup senang dan tenang, karena banyak tersedia rest area di perjalanan,” tandasnya.

Baca Juga:Aksi Simpatik Relawan, Kipasi Jemaah Biar Tak Lemas Saat Pulang

Baca Juga: Atur Parkir Jemaah Haul Guru Sekumpul, Kesabaran Relawan Posko Zona7 Diuji