Benarkah Sosok Sinterklas Buatan Coca-Cola?

Natal begitu identik dengan sosok pria gemuk berjanggut yang suka membagikan hadiah. Dialah Sinterklas.

Sejarah kemunculan Sinterklas. Foto: Tribun.

apahabar.com, JAKARTA - Natal begitu identik dengan sosok pria gemuk berjanggut yang suka membagikan hadiah. Dialah Sinterklas, karakter ikonik yang kabarnya sengaja diciptakan oleh perusahaan minuman bersoda.

Desas-desus yang bertebaran mengatakan sosok Sinterklas dengan pakaian serba merah itu merupakan branding dari Coca-Cola, mengingat identitas warna perusahaan ini jugalah merah. Padahal, fakta sebenarnya bukan demikian.

Perusahaan asal Amerika Serikat itu mengonfirmasi sosok Sinterklas berwarna merah sudah populer sebelum Cola-Cola menggunakannya dalam iklan. Cerita ilustrasi mengenai tokoh ini bahkan telah banyak digambarkan dalam buku anak.

Terlepas dari asal-usul warnanya, kehadiran Sinterklas memang seringkali dinanti anak-anak. Tak sedikit yang berharap, pada malam natal, pengendara kereta luncur yang ditarik sembilan ekor rusa itu bakal memberikan hadiah.

Lantas, apakah harapan tersebut benar adanya atau hanya angan-angan semata? 

Terinspirasi dari Pahlawan Yunani dan Dewa Nordik

Karakter Sinterklas, ternyata, benar-benar pernah eksis di dunia nyata. Sosoknya terinspirasi dari Pahlawan Yunani abad ke-4 bernama St. Nicholas, yang dikenal sebagai santo pelindung anak-anak. 

Dia adalah anak tunggal dari keluarga Kristen yang berkecukupan. Barangkali karena sudah sering merasakan nikmatnya duniawi, Nicholas pun tergerak untuk membagi kebahagiaannya pada orang miskin dengan cara memberikan hadiah. 

Tindakan demikian membuatnya dipuji banyak orang, bahkan potretnya sampai diabadikan sebagai bagian dari ikon keagamaan. Seperti, ikon Rusia abad ke-13, Lipensky, yang menempel pada Gereja St. Nicholas di Novgorod.

Seiring waktu, gambar asli St. Nicholas mulai memudar, begitu pun dengan namanya. Orang lebih mengenal dirinya sebagai Santa Claus, yang merupakan turunan dari kata Sinterklaas – singkatan dari Sint Nikolaas yang berasal dari bahasa Belanda.

Berbicara tentang Negeri Kincir Angin, orang-orang di sana mulai mengembangkan ‘legenda cerobong asap.’ Mereka menggambarkan Sinterklas sebagai sosok yang mengendarai kuda putih dan melintasi atap rumah sembari membawa tongkat.

Mereka percaya kalau atap rumah, yang notabene terdapat cerobong asap, adalah tempat pesuruh Sinterklas mengintai dan menguping harapan anak-anak. Legenda ini dikaitkan juga dengan Dewa Norse Odin.

Untuk diketahui, sang Dewa suka menghakimi anak-anak yang berperilaku baik maupun buruk. Itulah sebabnya, Sinterklas memiliki jengot lebat, yang kalau dilihat secara teliti, mirip dengan Odin.

Menyebar dan Berkembang

Kisah mengenai peri Natal yang demikian turut menyebar sampai ke Amerika Serikat, tepatnya pada abad ke-19, ketika imigran asal Belanda, Jerman, serta Inggris berdatangan. Perpaduan imajinasi mengenai sosok Sinterklas pun tak terelakkan.

Pada 1860-an, seorang ilustrasi bernama Thomas Nast untuk pertama kalinya menggambarkan Santa dengan rusa dan giring. Dia juga membuat karakter itu terlihat lebih periang lagi gemar merokok pipa. 

Namun, Sinterklas yang digambarkan Nast mengenakan berbagai macam pakaian, dari kuning hingga jas berpola bintang dan garis. Kendati begitu, hasil tangan dingin Nast lah yang dikenali sampai saat ini.

Warna merah baru diasosiasikan oleh Louis Prang, sang ilustrator yang menggambar Sinterklas untuk iklan Sugar Plum pada 1868. Karakter tersebut lantas diadaptasi oleh Haddon Sundblom pada 1931 untuk iklan Coca-Cola.

Jadi, jelas sudah bahwasanya perusahaan minuman bersoda itu bukanlah pencetus karakter Sinterklas. Namun, tak dapat dipungkiri, peri Natal berjanggut ini kian terkenal setelah menjadi ‘bintang iklan’ Coca-Cola.