Kalsel

Belum Selesai Covid-19, Penyakit Menular Lain Juga Menggila di Banjarmasin

apahabar.com, BANJARMASIN – Warga Kota Banjarmasin jangan lengah. Tak hanya Covid-19 yang patuh diwaspadai. Selain virus…

Selain Covid-19, sejumlah penyakit menular lain turut mengancam warga Banjarmasin. Foto: Istimewa

apahabar.com, BANJARMASIN – Warga Kota Banjarmasin jangan lengah. Tak hanya Covid-19 yang patuh diwaspadai.

Selain virus corona masyarakat Banjarmasin juga mesti mewaspadai ancaman HIV/AIDS.

Sebagai informasi, HIV dapat menyebabkan AIDS dan mengganggu kemampuan tubuh melawan infeksi.

Virus ini dapat ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, air mani, atau cairan vagina.

Geliat Prostitusi Online di Kota Banjarmasin Sulit Diberantas!

Dinkes Banjarmasin mendata lebih dari 300 kasus HIV/AIDS di wilayah setempat pada periode Januari hingga September 2020.

Capaian itu menjadikan Banjarmasin rangking pertama kasus HIV/AIDS di seluruh kabupaten/kota di Kalsel.

"Dan tentu ini menjadi kewaspadaan dan perhatian kami," ujar Kepala Dinkes Banjarmasin Machli Riyadi kepada apahabar.com.

Machli bilang pasien yang terjangkit HIV/AIDS hampir separuh kasusnya berujung kematian. Angka usianya bervariasi. Dari anak anak hingga orang tua.

"Rata rata pasien HIV/AIDS meninggal di usia produktif," ucapnya.

Terlebih kasus HIV/AIDS mengalami penambahan 15-20 kasus dari periode yang sama di 2019 lalu.

"Ada penambahan," tambahnya.

Adapun kasus terkonfirmasi positif Covid-19 Banjarmasin sudah mencapai 3.565 orang. Di antaranya 83 kasus aktif yang pasiennya menjalani karantina dan isolasi mandiri.

Sedangkan 3242 pasien sembuh dan 167 orang meninggal dunia akibat SARS-CoV-2

Kumpulkan Transgender

Untuk menekan angka HIV/AIDS, Dinkes Banjarmasin memilih mengumpulkan para transgender.

Transgender adalah individu yang merasa bahwa identitas gendernya berbeda atau tidak sesuai dengan jenis kelamin biologisnya sejak ia lahir.

Menurut Dinkes Banjarmasin kelompok masyarakat itu rentan tertular HIV/AIDS. Mereka akan dikumpulkan selama 2 hari.

“Untuk sosialisasi dan edukasi,” ujarnya.

Program itu diberikan bertujuan agar mereka lebih mengetahui bahayanya HIV/AIDS.

Ke depan para transgender itulah yang kembali menyuluhkan edukasi kepada masyarakat.

"Kita ubah perilaku mereka hidup sehat dan mengobati yang terinfeksi," pungkasnya.

Lantas kenapa harus transgender?

Selain dianggap paling rentan, Dinkes juga menemukan sejumlah kasus transgender yang terinfeksi HIV/AIDS.

"Sehingga kita harus melindungi dan mengobati mereka," pungkasnya.