Hot Borneo

Belum Digarap Maksimal, Prodi Matematika ULM Genjot Etnomatika di Tanah Laut

apahabar.com, BANJARMASIN – Meski memiliki daya tarik untuk peserta didik, metode pembelajaran matematika berbasis etnomatika ternyata…

Peserta bimbingan pembuatan bahan ajar elektronik berbasis etnomatika lingkungan basah yang digelar Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM). Foto: Prodi Matematika FKIP ULM

apahabar.com, BANJARMASIN – Meski memiliki daya tarik untuk peserta didik, metode pembelajaran matematika berbasis etnomatika ternyata belum banyak dikembangkan di Kalimantan Selatan.

Situasi tersebut langsung ditangkap Program Studi (Prodi) Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) melalui aksi Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM).

Mereka mengangkat etnomatika lingkungan lahan basah dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bersama guru matematika SMP di Tanah Laut.

Etnomatika sendiri adalah bentuk matematika yang terlebur dalam kebudayaan dan kearifan lokal, ketika masyarakat mengukur, menghitung, mengurutkan bilangan dan kegiatan jual beli.

Di sisi lain, guru matematika SMP di Tanah Laut diketahui belum banyak mengembangkan bahan ajar yang memanfatkan etnomatematika lingkungan lahan basah dalam menanamkan konsep matematika dalam pembelajaran.

Kebanyakan mereka pernah menggunakan etnomatematika lingkungan lahan basah sebagai konteks soal, tetapi tanpa ilustrasi gambar yang mendeskripsikan keadaan sebenarnya.

Juga belum terdapat guru matematika yang khusus membahas satu pokok bahasan berbasis etnomatematika lingkungan lahan basah sebagai penggalian kearifan lokal di daerah.

Dalam analisis yang dilakukan Prodi Pendidikan Matematika FKIP ULM, guru kerap terkendala dengan waktu dan bimbingan.

“Padahal etnomatematika mampu menjembatani antara budaya dengan matematika yang terhubung dengan kebudayaan sekitar. Salah satunya budaya air yang lekat dengan masyarakat Banjar,” papar Chairil Faif Pasani, Dekan FKIP ULM.

“Kedepan diharapkan guru mampu membuat soal yang dikaitkan dengan lingkungan. Dengan demikian, setiap soal bisa diarahkan menjadi soal problem solving berbasis etnomatematika,” imbuh salah seorang dosen Prodi Pendidikan Matematika ini.

Sementara Koordinator Prodi Pendidikan Matematika FKIP ULM, Noor Fajriah, menjelaskan bahwa bahan ajar berbasis etnomatematika dapat menjadi alternatif dalam mengatasi kesulitan belajar dan menambah motivasi peserta didik.

“Adapun budaya di Tanah Laut yang dapat diangkat adalah bangunan ibadah, rumah adat, pakaian adat, kesenian, kebiasaan nelayan, anyaman, hingga sasirangan,” beber Fajriah.

Lantas untuk memberikan gambaran nyata, Sekretaris Prodi Pendidikan Matematika FKIP ULM, Yuni Suryaningsih, menampilkan contoh hasil bahan ajar elektronik berbasis etnomatika.

Salah satunya berupa komik dan LKPD Masjid Jami Sungai Jingah untuk materi pembelajaran segitiga dan segi empat.

Faktanya masih banyak materi lain yang dapat dikaitkan dengan lahan basah. Sebut saja persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, aritmatika sosial, garis dan sudut, statistika hinggga bangun ruang sisi lengkung.

“Dengan menampilkan contoh, kami memotivasi guru matematika di Tanah Laut untuk membuat produk yang serupa, tetapi disesuaikan dengan kebudayaan lokal,” harap Yuni.

Pendampingan pembuatan bahan ajar berbasis etnomatika dilakukan dalam dua sesi. Untuk sesi kegiatan daring secara sinkronus dilaksanakan 18 Juli 2022.

Selanjutnya kegiatan secara daring dilanjutkan dengan metode asinkronus, ketika para guru didampingi dalam pembuatan bahan ajar, validasi dan pengusulan hak cipta.

“Dijadwalkan 17 September 2022 mendatang, dilaksanakan pendampingan secara luring di SMPN 2 Pelaihari,” tambah Nor Fajriah.

Dalam kegiatan tersebut, PKM Prodi Pendidikan Matematika FKIP ULM menyampaikan teori penggunaan aplikasi Flipbook untuk menjadikan prototipe bahan ajar menjadi bahan ajar elektronik.

“Flipbook dapat menjadi media pembelajaran yang interaktif, karena tersedia animasi bergerak, video dan audio, sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik,” tandasnya.