Pelestarian Satwa Liar

Belantara Foundation Ajak Anak Muda Terlibat Pelestarian Satwa Liar

Direktur Eksekutif Belantara Foundation Dolly Priatna menjelaskan pentingnya kesadaran generasi muda untuk terlibat dalam pelestarian satwa liar terancam punah.

Program Studi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan dan Belantara Foundation menggandeng para-pihak dalam memeriahkan peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) melalui kontes foto di backdrop wildlilfe dan kuliah umum bertajuk 'Biodiversity and Wildlife Conservation in Indonesia'. Foto: Yayasan Belantara Foundation

apahabar.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Belantara Foundation Dolly Priatna menjelaskan tentang pentingnya peningkatan kesadaran generasi muda, untuk terlibat lebih aktif dalam pelestarian lingkungan terutama satwa liar terancam punah beserta habitatnya.

Dalam memeriahkan peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2023, Belantara Foundationterus mengajak dan mendorong masyarakat khususnya generasi muda untuk ikut menggalakkan edukasi dan kampanye terkait pelestarian keanekaragaman hayati dan satwa liar dilindungi di habitat alaminya.

Menurut Dolly, sebagai pengguna digital yang cerdas dan kreatif, generasi muda tentunya mahir dalam memanfaatkan media sosial secara bijak dan efektif. Adapun media sosial merupakan media promosi gratis yang dapat menjangkau masyarakat di seluruh dunia serta berpeluang memberikan dampak yang lebih luas.

“Kami bersama para stakeholders akan terus mengajak generasi muda untuk ikut menggalakkan edukasi dan kampanye terkait pelestarian satwa liar, salah satu potensi besarnya lewat media sosial”, ungkap Dolly kepada apahabar.com, Minggu (13/8).

Baca Juga: Pria di Bekasi Diamankan karena Jual Satwa Dilindungi ke Medsos

Salah satu yang terpenting, terang Dolly adalah terjadinya perubahan perilaku di masyarakat, seperti dari kesenangan memelihara satwa liar di kandang menjadi menyenangi dan membiarkan satwa liar hidup di habitat aslinya.

"Karena mencintai satwa liar tidak harus memiliki”, jelas Dolly, yang juga sebagai pengajar di Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Unpak.

Satwa liar, lanjut Dolly, seperti harimau Sumatera, gajah Sumatera, dan orangutan memiliki peran penting bagi ekosistem. Harimau Sumatera misalnya, satwa liar terancam punah ini berperan sebagai top predator di di hutan Sumatera, yang berfungsi mengendalikan populasi satwa-satwa lain di hutan seperti babi hutan, rusa, kijang, dan lain-lain, agar keseimbangan ekosistem tetap terjaga.

Dengan demikian, ketika harimau Sumatra terus berkurang jumlahnya, maka babi hutan, beruk dan monyet, akan terus berkembang biak sehingga sulit dikendalikan dan dampaknya akan banyak babi hutan, beruk dan monyet yang masuk ke ladang masyarakat serta menjadi hama.

Baca Juga: Pemusnahan Barang Sitaan, KSDA Sumut: Jumlahnya 13 Jenis Satwa Liar

Demikian pula jika jumlah rusa dan kijang terlalu banyak di dalam satu ekosistem, maka akan banyak pohon hutan yang sulit beregenerasi, karena mereka memakan banyak jenis anakan pohon di hutan. Tidak kalah penting, gajah sumatra dan orangutan sebagai agen pemencar biji tumbuhan secara alami sehingga dapat membantu dalam regenerasi pohon-pohon hutan.

“Melestarikan keanekaragaman hayati dan satwa liar sangat penting untuk mempertahankan kehidupan di bumi, memastikan planet yang sehat untuk generasi mendatang, dan membina hubungan yang harmonis antara manusia dan alam," paparnya.

Hal itu merupakan tanggung jawab bersama yang membutuhkan kerja sama dan komitmen global untuk menjaga sumber daya hayati agar tetap lestari dan bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.

Senada, Regional Director of Southeast Asia and Taiwan Bureau of Global Initiatives, University of Tsukuba, Dr. Nakao P. Nomura menyampaikan bahwa inovasi bioteknologi penting untuk mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Hal itu diperlukan terutama untuk mencegah kepunahan satwa liar kharismatik yang reproduksinya lambat.

Baca Juga: Taman Margasatwa Ragunan Pastikan Bebas PPKM

“Kami ingin mendorong pelajar dan mahasiswa baik di Indonesia maupun Jepang agar terlibat aktif dalam pelestarian satwa liar beserta habitatnya yang ada di sekitar mereka”, terang Nomura.

Selaras dengan Nomura, Representatif Senior High School at Sakado University of Tsukuba, Dr. Yoshikazu Tatemoto berharap generasi muda mendapatkan pembelajaran dan inspirasi terkait pelestarian satwa liar beserta habitatnya.

Sementara itu, Dekan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan, Prof. Soewarto Hardienata menyampaikan bahwa perguruan tinggi dan insan akademik memiliki kewajiban melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat atau PKM.

“Kegiatan edukasi dan penyadartahuan masyarakat perlu terus digalakkan terutama generasi muda, agar upaya pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia berkelanjutan”, ujarnya.