Belajar dari Macet Hingga Dini Hari, Alasan Lokasi Hari Jadi Batola Tetap di Marabahan

Terungkap salah satu pengalaman yang membuat puncak Hari Jadi ke-66 Barito Kuala (Batola) tetap digelar di Lapangan 5 Desember di Marabahan alias batal dipusatk

Kapolres Barito Kuala AKBP Anib Bastian dalam press release akhir tahun di Mako Polres Batola, Rabu (31/12). Foto: bakabar.com/Bastian

bakabar.com, MARABAHAN - Terungkap salah satu pengalaman yang membuat puncak Hari Jadi ke-66 Barito Kuala (Batola) tetap digelar di Lapangan 5 Desember di Marabahan alias batal dipusatkan di RTH Jembatan Barito.

Sesuai dengan rundown sebelumnya, puncak hari jadi dilaksanakan 4 Januari 2026 di RTH Jembatan Barito. Diawali resepsi mulai pukul 09.00 Wita yang dihadiri para pejabat daerah, termasuk Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Selatan.

Dalam waktu bersamaan, juga digelar upaya pemecahan rekor makan 100.000 porsi daging masak habang yang dipandu chef dan kreator kuliner nasional Bobon Santoso.

Masih di tempat yang sama, grup dangdut hip hop NDX dijadwalkan tampil mulai pukul 20.00 Wita. Diketahui dalam setiap penampilan, jumlah penonton NDX nyaris selalu membeludak.

Lantas melalui rapat koordinasi lintas sektor yang dilaksanakan di Aula Bahalap, Marabahan, Senin (29/12), diputuskan puncak hari jadi batal digelar di RTH Jembatan Barito.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, seluruh rangkaian hari jadi tetap dipusatkan di Lapangan 5 Desember dengan jadwal dan rundown yang sudah disusun.

Adapun rapat yang diinisiasi Polres Batola tersebut dihadiri Bupati H Bahrul Ilmi, Wakil Bupati Herman Susilo, Ketua DPRD Ayu Dyan Liliyana Sari Wiryono, Sekretaris Daerah Kabupaten (Sekdakab) Zulkipli Yadi Noor, dan kepala instansi terkait.

"Rekomendasi pemindahan lokasi dilakukan setelah kami menjalin komunikasi intensif dengan Pemkab Batola, menyusul hasil evaluasi pengamanan Batola Berselawat yang digelar 18 Desember 2025 lalu di RTH Jembatan Barito," ungkap Kapolres Batola AKBP Anib Bastian, Rabu (31/12).

"Berdasarkan hasil evaluasi, terjadi kemacetan parah dari arah Anjir Muara maupun Handil Bakti. Bahkan kemacetan baru dapat benar-benar terurai pukul 03.00 Wita," imbuhnya.

Hal berikutnya yang paling dikhawatirkan adalah ketika semua kendaraan terhenti di atas Jembatan Barito. Terlebih upaya pemecahan rekor makan bersama melibatkan banyak masyarakat.

"Sesuai rencana Pemkab Batola, kegiatan tersebut dihadiri ribuan orang karena setiap desa/kelurahan diminta membawa 100 warga. Dengan estimasi 201 desa/kelurahan, berarti akan hadir 20.100 orang dalam waktu bersamaan, belum termasuk undangan," beber Anib.

Masalahnya akses keluar masuk RTH Jembatan Barito terbilang sempit, sehingga potensi penumpukan kendaraan juga besar sekali. Dipastikan ribuan warga menggunakan kendaraan, baik sepeda motor maupun mobil.

"Padahal prinsip penyelenggara negara adalah azas kepentingan umum lebih tinggi daripada kepentingan pribadi atau golongan. Artinya jangan sampai kegiatan lingkup kabupaten mempengaruhi situasi ketertiban di jalan nasional," tegas Anib.

"Itulah pertimbangan kami dalam rekomendasi kepada Pemkab Batola. Kami tidak pernah melarang kegiatan tersebut, tetapi lokasi harus digeser ke Lapangan 5 Desember yang lebih representatif dan tidak mengganggu masyarakat lain," tutupnya.