Religi

Belajar Agama dengan Berguru

apahabar.com, BANJARMASIN – Islam bergerak ke sebuah negara butuh waktu yang sangat panjang dan melalui generasi…

Gus Muwafiq. Foto-nu.or.id

apahabar.com, BANJARMASIN – Islam bergerak ke sebuah negara butuh waktu yang sangat panjang dan melalui generasi yang berbeda-beda. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia mengungkap bahwa memahami Islam perlu proses.

"Peringatan Maulid Nabi kembali mengingatkan kita bahwa; Nabi Muhammad lahir di Mekah pada tahun 571 Masehi. Kemudian kita semua berpikir dan belajar. Kira-kira Islam masuk ke desa kita tahun berapa? caranya bagaimana?" kata KH Ahmad Muwafiq dalam tausiahnya, yang dikutip dari akun facebook Gus Muwafiq Channel, Senin (10/12).

Kalau langsung loncat ke Nabi Muhammad, sambung Gus Muwafiq -Begitu ulama ini dikenal- kita akan banyak kehilangan waktu dan jarak yang sangat panjang. Kenapa? karena ada tonggak-tonggak peristiwa yang jadi peringatan.

Gus Muwafiq memberi analogi sederhana, “listrik bisa sampek ke rumah kita itu ada prosesnya, dari pusat terus diberi tiang travo, tiang travo, tiang travo, baru dirumah kita pasang meteran 900 Watt. Kalau langsung dari pusat dengan arus listrik besar, apa yang terjadi? ya konslet, meletus.”

Fenomena Generasi Millennial beragama dari internet, langsung baca Alqur’an, langsung baca Hadist, tapi tidak ada gurunya.

“Ngaji (belajar) tanpa Guru, sama saja belajar dengan setan,” terang ulama yang kini tinggal di Sleman, Yogyakarta ini.

Akibat cara belajar seperti itu, sambung Gus Muwafiq, hari ini banyak orang pintar, tapi tidak punya tata krama, adab, akhlak.

"Padahal Nabi Muhammad itu; "Innama bu'itstu liutammima makarimal Akhlaq (diutus untuk menyempurnakan akhlak, red)".

Baca Juga :Tausiah di Masjid Agung Al Karomah Martapura, UAS : Adab di Atas Ilmu, Penting

Editor: Muhammad Bulkini