Nasional

Baru 43 Persen, Pemerintah Pusat Jemput Bola Vaksinasi Lansia

apahabar.com, BANJARMASIN– Vaksinasi warga lanjut usia atau lansia terus digenjot pemerintah bekerja sama dengan berbagai elemen…

Kejar target kekebalan komunitas, pemerintah jemput bola vaksinasi lansia. Demikian disampaikan Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi,dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) – KPCPEN, Kamis (11/11). Foto: Ist

apahabar.com, BANJARMASIN– Vaksinasi warga lanjut usia atau lansia terus digenjot pemerintah bekerja sama dengan berbagai elemen masyarakat.

Diakui sektor ini capaiannya belum sesuai harapan lantaran beberapa hal seperti hambatan akses serta faktor informasi yang keliru.

Sementara, kelompok ini berisiko tinggi mengalami gejala yang lebih berat saat terpapar virus COVID-19. Kelompok lansia selalu menjadi prioritas vaksinasi Covid-19, termasuk di Indonesia yang telah memulai vaksinasi lansia sejak Maret 2021.

Namun hingga saat ini, baru 43% sasaran vaksinasi lansia mendapatkan dosis pertama. Hal ini justru berbanding terbalik dengan capaian vaksinasi secara umum, di mana 61% sasaran sudah tervaksinasi, sehingga kurang sekitar 40% yang harus dikejar.

Demikian disampaikan Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi, dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) – KPCPEN, Kamis (11/11).

Ia melanjutkan, karena itu, maka pemerintah menetapkan kebijakan vaksinasi lansia jadi salah satu indikator penurunan level PPKM kabupaten/kota guna mendorong percepatannya.

"Targetnya, minimal dosis pertama dikejar sampai akhir Desember 2021. Karena kita tahu, kesakitan dan kematian pada usia di atas 59 tahun meningkat 6-7 kali lebih tinggi daripada non-lansia," tutur Nadia, seraya menambahkan bahwa pihaknya harus melihat pengalaman Singapura, di mana sebagian besar kasus meninggal adalah lansia yang belum tervaksinasi sehingga kerentanannya tinggi.

Nadia kembali menjelaskan kelompok lansia tidak perlu khawatir karena vaksin Covid-19 sudah melalui uji klinis, sangat aman dan efek sampingnya kecil. Pada hasil uji klinis, usia tidak memengaruhi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi).

"Justru vaksin Covid-19 ini ditujukan bagi lansia dan orang yang punya komorbid, karena itulah kelompok yang terbanyak terdampak dengan sakit parah bahkan kematian," paparnya.

Bila target vaksinasi tidak tercapai, kata Nadia, maka Indonesia tidak bisa seutuhnya membentuk kekebalan kelompok. Wilayah dengan cakupan vaksinasi di atas 70%, situasi pandemi dapat beralih ke endemi, kasus akan sangat rendah.

Sementara di daerah yang belum mencapai target vaksinasi, maka seperti halnya cakupan vaksinasi imunisasi rutin, pada daerah tersebut potensi kejadian luar biasa pasti akan mudah terjadi dan akan mengganggu kabupaten kota lainnya.

"Kita tidak akan bisa keluar dari pandemi bila target sasaran vaksinasi belum tercapai," tegas Nadia.

Mengenai vaksin booster, Nadia menyebut hal tersebut sudah menjadi bagian dari perencanaan perlindungan masyarakat dan sudah dilaksanakan pada tenaga kesehatan. Diketahui, seiring waktu, imunitas akan berkurang dan munculnya turunan varian Delta selalu mengancam.

"Sehingga perlu adanya vaksin tambahan untuk memperkuat imunitas, antibodi yang sudah terbentuk dari vaksin satu dan dua," ujarnya.

Kesempatan yang sama, Wali Kota Pekanbaru, Firdaus memaparkan beberapa tantangan vaksinasi lansia yang dihadapi di daerahnya, menyebabkan target vaksinasi lansia belum tercapai dan diharapkan dapat dikejar sebelum 22 November 2021 untuk evaluasi PPKM berlevel.

Menghadapi kendala terkait akses lansia ke pusat vaksinasi dan memperbaiki pemahaman masyarakat, menurut Firdaus, pihaknya telah melakukan berbagai ikhtiar.

Di antaranya, bus vaksin keliling untuk mendekatkan masyarakat ke pusat vaksinasi, vaksin dari rumah ke rumah, juga mengadakan pusat vaksinasi di bank-bank tempat para lansia mengambil gaji sebagai pensiunan.

Upaya vaksinasi dari rumah ke rumah, disebutkannya, selain mempermudah akses bagi para lansia, sekaligus dalam rangka menyampaikan informasi yang benar terkait vaksinasi kepada mereka.

Kendati demikian, Firdaus tidak memungkiri tetap ada warga yang tetap menolak divaksinasi meski sudah didatangi.

"Masyarakat harus benar-benar diberikan pemahaman terkait dampak vaksinasi tersebut. Pemerintah kota selain berikan edukasi juga mengikat dengan regulasi, sehingga diharapkan semua orang akhirnya akan meminta vaksinasi," papar Firdaus.

Regulasi dimaksud adalah edaran wali kota, bagi warga yang ingin berurusan dengan instansi pemerintah atau swasta harus memperlihatkan kartu vaksinasi, termasuk untuk lansia.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam/Vaksinolog, Dirga Sakti Rambe juga mengakui informasi yang keliru atau hoaks masih menjadi tantangan vaksinasi lansia.

Ia menyampaikan pada zaman digital sekarang ini hoaks memang tidak terhindarkan, bukan hanya di Indonesia melainkan menjadi fenomena global.

Untuk menangkal hoaks, dokter dan ilmuwan semua diharapkan 'turun gunung' untuk membanjiri media sosial dan media konvensional dengan berita yang benar dan kredibel.

"Salah satu kendala vaksinasi lansia adalah hoaks yang beredar sehingga harus di-counter," tandasnya.

Soal anggapan bila anggota keluarga lain sudah divaksin maka lansia tidak memerlukan, Dirga tegas
memastikan itu hal yang salah.

"Lansia lebih banyak di rumah sehingga tidak perlu vaksinasi itu hal salah. Mereka memang di rumah, namun yang muda-muda kan keluar rumah dan bisa tertular dan membawa pulang virus. Nobody is safe until everyone is safe," kata Dirga.

Dirga menandaskan usia lanjut dengan berbagai penyakit justru yang harus divaksinasi agar terlindungi. Selain itu, tidak ada batasan usia lansia untuk vaksinasi, batasannya adalah kriteria medis.

"Justru karena lansia, risiko tinggi, maka harus dilindungi. Tidak ada batasan usia vaksinasi lansia. Bukan usia batasannya, kriteria untuk vaksinasi harus secara medis. Bagi kakek nenek orang tua kita bawa dulu ke tempat vaksinasi. Nanti petugas yang akan tentukan layak atau tidak untuk vaksinasi. Jangan menyerah dulu," pesannya.

Dokter Dirga juga menjelaskan bagi lansia dengan penyakit apapun, termasuk sakit kronis seperti gula darah tinggi, ginjal, kanker, jantung asalkan penyakitnya terkontrol, seperti rutin berobat dan tidak ada keluhan berarti, maka boleh divaksin dengan rekomendasi dokter.

Seniman dan aktris Jajang C Noer (69) sudah divaksin lengkap dan merasa bugar. "Saya divaksin di awal-awal pemerintah meluncurkan program vaksinasi. Sama sekali tidak efek samping. Setelah vaksin pertama bahkan saya berenang, tidak ada masalah," ujarnya.

Aktris ini mengaku sebelum ada pandemi tidak pernah minum vitamin. "Tapi begitu masuk Maret 2020, saya minum semua vitamin C, D, E dan zinc setiap hari, D3, juga empon-empon (jamu)," ujar Jajang.

Selain itu, dia berjemur setengah jam pada pagi hari dan menjaga hati tetap senang. Bagi lansia yang belum mau divaksin, Jajang mendorong agar mendengarkan kata pemerintah dan mempertimbangkan apa yang dikatakannya.

"Masuk akal atau logis tidak. Kalau logis ya ikuti saja." tuturnya.

Sedang lansia yang belum divaksin karena belum paham, harus didatangi dari rumah ke rumah
untuk memberikan penjelasan secara persuasif.

"Ketidaktahuan mereka yang membuat mereka belum mau divaksin. Harus didatangi door to door, dibujuk," ujarnya.