Kalsel

Banjir Pesanan, Pembuat Peti Mati di Banjarmasin Untung Rp 4 Juta per Hari

apahabar.com, BANJARMASIN – Bunyi gergaji mesin berderu di halaman rumah Diarto (40), Jalan Padat Karya, Komplek…

Pembuat peti mati di Banjarmasin mendapatkan banyak pesanan dalam satu bulan belakangan ini. Foto-Riyad

apahabar.com, BANJARMASIN – Bunyi gergaji mesin berderu di halaman rumah Diarto (40), Jalan Padat Karya, Komplek Purnama Permai 3, Sungai Andai, Banjarmasin Utara.

Nampak dua pekerja, Irin dan Putra asyik memotong-motong triplek untuk bahan membuat peti mati jenazah.

Usai dipotong, triplek-triplek itu kemudian dirakit dengan kayu ring, lalu dilem dan dipaku, hingga membentuk persegi panjang khas peti jenazah orang yang meninggal akibat virus Covid-19

Setelah selesai dirakit sesuai ukuran yakni panjang 180, lebar 60 dan tinggi 30, peti mati terlebih dahulu dicat warna hitam. Warna yang identik dengan duka cita.

“Habis dicat, tunggu hingga kering,” katanya.

Selanjutnya baru kemudian proses pemasangan alumunium di dalam peti dilakukan. “Agar tidak ada kebocoran,” katanya.

Pekerjaan membuat peti sudah dilakoni Diarto sejak 6 tahun terakhir. Biasanya dia juga membuatkan peti jenazah untuk dikirim ke luar daerah.

Selama pandemi, bersama empat pekerjanya, Diarto mampu menyelesaikan dua lusin peti mati khusus jenazah Covid-19 dalam tiga hari pengerjaan.

“Dalam 3 hari kami selesaikan 24 peti jenazah. Itu sudah siap kirim,” kata Irin.

Permintaan peti mati khusus jenazah Covid-19 itu memang meningkat dalam kurun waktu sebulan terakhir.

Permintaan meningkat seiring terus melonjaknya angka kematian warga yang terpapar virus Covid-19.

Belakangan Diarto juga membuat peti mati khusus untuk memenuhi permintaan dari Rumah Sakit Ulin dan BPBD Banjarmasin.

Satu peti untuk jenazah Covid-19 itu dibanderol dengan harga Rp1.750.000 hingga Rp2 juta.

Dalam satu hari, dia biasanya mengirim 10 peti. Sementara total peti yang bisa diproduksi selama tiga hari berjumlah 24 unit. Jika ditotal, rata-rata dia memperoleh keuntungan Rp 4 juta per hari.

“Keuntungan bersihnya sekitar Rp400.000 karena satu peti itu biaya pembuatannya Rp1.000.000, belum lagi kita gaji pekerja,” katanya.

Diarto mengaku tak memiliki kendala berarti dalam proses pembuatan peti mati. Hanya saja kadang bahan baku cukup susah dicari.

“Beberapa waktu kadang bahan-bahannya kosong,” katanya.