Banjir Malaysia: 4 Orang Tewas, Ribuan Warga Mengungsi

Imbas hujan lebat sejak awal Maret lalu, sejumlah wilayah di Malaysia terendam. Wilayah yang terdampak di antaranya Negeri Sembilan, Johor, Pahang, dan Malaka .

Banjir Malaysia dilaporkan telah menelan 4 korban jiwa. Foto-AFP/MOHD RASFAN

apahabar.com, JAKARTA - Imbas hujan lebat sejak awal Maret lalu, sejumlah wilayah di Malaysia terendam. Wilayah yang terdampak di antaranya Negeri Sembilan, Johor, Pahang, dan Malaka .

Berdasarkan foto dan video yang beredar di media sosial, jalan, deretan toko hingga rumah terendam banjir, terutama di bagian selatan Johor.

Hujan bahkan terus berlanjut hingga menghambat bantuan. Banjir juga menyebabkan korban tewas dan ribuan mengungsi. Berikut informasi dan perkembangan terkait banjir di Malaysia.

Polisi di Malaysia menyatakan empat orang tewas akibat banjir. Jumlah itu termasuk laki-laki dalam mobil yang terseret air dan sepasang lanjut usia yang tenggelam.

Setidaknya 41 ribu orang dari enam negara bagian juga mengungsi akibat banjir itu.

Warga ramai-ramai berusaha menyelamatkan diri dan harta benda yang masih bisa diselamatkan agar tak rusak atau tersapu banjir.

Konsul Jenderal Republik Indonesia di Johor Bahru, Sigit Suryantoro Widiyanto, mengatakan sejauh ini terdapat 10 keluarga warga negara Indonesia yang terdampak banjir.

Ia memaparkan data tersebut berasal dari para WNI yang menghubungi hotline KJRI Johor.

"Tanggal 5 [Maret] ada 7 keluarga. Tanggal 3 [Maret] ada 3 keluarga," kata Sigit, seperti dilansir CNNIndonesia.com, Senin (6/3).

Selain itu, ia memperkirakan WNI yang terdampak banjir di area kerja KJRI Johor tak mencapai 15 atau 20 keluarga.

Sigit juga mengungkapkan air di beberapa wilayah mulai surut.

"Di beberapa tempat mulai surut, baru hari ini membaiknya. Tapi, memang belum normal. Beberapa tempat penampungan sementara juga sudah tutup, beberapa sudah kembali di rumah," ujar Sigit lagi.

Presiden Masyarakat Alam Malaysia Vincent Chow mengatakan banjir kali ini merupakan yang terburuk di Johor sejak 1969.

Ia juga menyoroti krisis iklim yang kian tak terkendali.

"Sekarang, cuaca tak bisa diprediksi. Perubahan iklim mengalahkan ahli cuaca," ungkap dia, seperti dikutip dari AFP.

Meski menjadi banjir terparah selama lima dekade, namun pemerintah Malaysia tak mendeklarasikannya sebagai bencana nasional.

"Ini tidak dikategorikan sebagai bencana nasional. Hari ini [langit] sudah cerah tidak ada hujan," ujar Sigit lagi.