Tak Berkategori

Banjir Hampir 4 Bulan, Santri Ponpes Syekh M Arsyad Al Banjari Terpaksa Belajar Sambil Berendam

apahabar.com, MARTAPURA – Banjir tidak menghalangi kegiatan belajar mengajar di Ponpes Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari,…

Kegiatan belajar mengajar sambil terendam banjir di Ponpes Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, di Dalam Pagar Ulu, Martapura Timur, Kabupaten Banjar, Kalsel, Rabu (7/4). Foto-apahabar.com/hendralianor.

apahabar.com, MARTAPURA – Banjir tidak menghalangi kegiatan belajar mengajar di Ponpes Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, di Dalam Pagar Ulu, Martapura Timur, Kabupaten Banjar, Kalsel.

Terlihat di pojok kiri depan ruang kelas, seorang ustaz begitu cakap membaca kitab Arab “gundul” dengan kaki terendam genangan banjir di salah satu ruangan kelas.

Juga demikian dengan santri yang mengikuti mata pelajaran. Sebagian dari mereka ada yang rela menjuntaikan kaki ke dalam air, dan sebagian lagi memilih duduk bersila di kursi, supaya kaki tidak basah.

Santri yang menempati beberapa ruang kelas di lantai atas lebih beruntung, mereka menuntut ilmu tanpa harus kaki sambil merasakan dinginnya genangan air.

Kondisi seperti ini sudah berlangsung pasca-banjir besar Kalsel pertengahan Januari 2021 lalu.

Meski banjir besar disebut sudah berlalu, tapi nyatanya banjir susulan berkali-kali ini masih lebih parah ketimbang banjir pada tahun-tahun sebelumnya.

Terpantau, Rabu (7/4), banjir di dalam kawasan Ponpes yang dibangun 1 Juni 1931 ini ketinggiannya bervariasi, dari sejengkal sampai nyaris lutut.

Namun, hari ini kondisinya sudah mulai surut dibandingkan beberapa hari lalu.

Pimpinan Ponpes Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, KH M Mazani AR mengatakan banjir tahun ini paling lama dibanding tahun-tahun sebelumnya.

“Sudah sekitar 4 bulan sejak Desember lalu. Kondisinya pasang surut, jika hujan genangan air naik lagi,” ujar KH Mazani.

Banjir paling tinggi terjadi pada pertengahan Januari lalu: nyaris dua meter. Waktu itu, kata KH Mazani, Masjid Tuhfaturraghibin yang berdampingan dengan Ponpes tidak bisa digunakan untuk ibadah.

“Karena banjir waktu itu dalam, dan para santri dan guru semuanya mengungsi, Ponpes juga diliburkan,” papar

Dia bilang banjir memang langganan tiap tahun menggenangi Ponpes, sehingga kegiatan belajar mengajar dalam kondisi banjir sudah biasa bagi guru dan santri.

“Tapi kalau dulu banjirnya paling sampai mata kaki atau setengah lutut, dan juga tidak lama, paling seminggu sudah surut,” ungkapnya.

Pihak Ponpes tidak memilih libur agar kurikulum tetap dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditargetkan.

Kendati demikian, KH Mazani tetap memaklumi bagi santrinya berhalangan masuk sekolah lantaran banjir.

“Besok (Kamis) terakhir masuk belajar. Setelahnya libur panjang sampai habis lebaran, dan akan disambung dengan ujian akhir semester genap,” kata Guru Mazani.