Tak Berkategori

Banjarmasin Terancam Krisis Air Bersih, NTU Sungai Martapura Tembus 1000!

apahabar.com, BANJARMASIN – Krisis air bersih tengah mengancam Kota Seribu Sungai. Di tengah fenomena banjir air…

Di tengah fenomena banjir air pasang atau rob, air Sungai Martapura makin sulit diolah. Foto-foto: apahabar.com/Bahaudin Qusairi

apahabar.com, BANJARMASIN – Krisis air bersih tengah mengancam Kota Seribu Sungai. Di tengah fenomena banjir air pasang atau rob, air Sungai Martapura makin sulit diolah. Tingkat kekeruhannya bahkan mencapai 1000 NTU.

Sekadar diketahui NTU atau nephelometric turbidity unit merupakan metode untuk mengukur tingkat kekeruhan air baku.

Kini, PDAM Bandarmasih pun harus putar otak menjaga kualitas air baku saat banjir rob menerjang. Terdampat dua sumber air baku, yakni Sungai Martapura dan Air Irigasi.

Direktur Operasional PDAM Bandarmasih, Supian mengakui bahwa kualitas air baku tengah menurun.

"Semoga aja tidak naik lagi, kalau ada air bah atau lumpurnya turun banyak, bisa masalah juga," ujarnya, Selasa (14/12).

Kendati begitu, pihaknya tetap dapat mengolah air baku. Asal, tingkat kekeruhannya maksimal 250 NTU.

Jika lebih keruh, maka pihaknya harus mencampur air baku Sungai Martapura dengan air irigasi kawasan Intake Pematang Panjang.

"Kalau tidak ada dari air Intake Pematang Panjang yang bisa membuat kualitas air baku baik itu banyak yang berkepentingan, wewenang pusat dan Provinsi tentang DAS," ucapnya.

Manager Produksi IPA 2 Pramuka Murdadi menegaskan kualitas air baku Sungai Martapura semakin menurun tiap tahunnya. Karenanya, tantangan mengolah air baku ke depannya akan semakin sulit.

Murdadi menjelaskan banjir kiriman dari hulu ke hilir membuat kualitas air baku Sungai Martapura menjadi sangat jelek.

Bahkan, saking keruhnya, alat yang dimiliki PDAM Bandarmasih pun sampai error. Tidak mampu membaca kadar kekeruhannya.

"Kekeruhan bisa mencapai 1000 NTU," ujarnya.

NTU adalah satuan standar untuk mengukur kadar kekeruhan. Air dikatakan keruh apabila mengandung begitu banyak partikel bahan yang tercampur sehingga memberikan warna atau rupa yang berlumpur dan kotor.

Sesuai standar, PDAM Bandarmasih harus memenuhi 32 parameter pengolahan air bersih. Sementara untuk air yang mencapai rumah pelanggan harus sudah memenuhi empat parameter yakni pH [kadar keasaman], kekeruhan, warna dan sisa klor (bakteri).

Diketahui alat yang dimiliki PDAM Bandarmasih sendiri hanya mampu mengurangi 250 NTU, karena memang didesain untuk kekeruhan yang sangat rendah.

"Misalnya 1000 NTU, maka kami sulit mengolah. Jika begitu, otomatis kita kurangi debitnya, apabila biasanya mengolah 1700 maka kita ambil setengahnya saja,” jelasnya.

Untungnya ada air irigasi. Murdadi menjelaskan air yang diambil 50 persen itu kemudian dicampur dengan air irigasi. Sehingga yang tadinya kadar kekeruhan mencapai 1000 NTU bisa turun hingga 2250.

"Turbidity-nya masuk batas maksimal yang bisa kita olah," ucapnya.

Ia menyampaikan masyarakat tak perlu khawatir kalau air akan keruh ataupun berlumpur di saat curah tinggi seperti ini, karena yang sampai ke tempat pelanggan sudah dipastikan bersih dan layak pakai sesuai aturan Kementerian Kesehatan.

Dari awalnya 1000 NTU, PDAM Bandarmasih bisa mengurangi angka tersebut agar sesuai dengan Permenkes yang mengatur batas maksimal di 5 NTU.

"Bahkan di bawah itu, kami bisa mengolah hingga mencapai 1,5 NTU," klaimnya.

Tantangan lain, biaya produksi PDAM Bandarmasih yang semakin membengkak. Dahulu, cukup hanya dengan tawas.

Kini, dengan tingkat kekeruhan yang semakin meningkat, maka Poly Aluminium Chloride PAC sebagai penjernih air yang digunakan.

"Dulu tawas bongkah bermigrasi ke PAC, sekarang harus ada pendamping lagi, bahan kimia pembantu, dulu tidak perlu," jelasnya.

Murdadi menyebut sebenarnya ada beberapa opsi lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi kekeruhan, misalnya, melalui pengendapan air.

Namun hal itu juga akan menyebabkan biaya listrik membengkak. Karena harus dua hingga tiga kali pompa, jelas biaya operasional juga bertambah.

"Macam-macam opsi yang kami terus cari supaya PDAM Bandarmasih tetap bisa melayani secara maksimal," terang manajer produksi IPA 2 Pramuka ini.

Murdadi meminta kepada pelanggan untuk terus mendukung kinerja PDAM Bandarmasih di tengah tantangan yang demikian kompleks.

"Pandemi, lalu banjir, itu sangat berdampak ke PDAM, karena jualan kami tidak terlepas dari air sebagai bahan bakunya," ucapnya.

Cara termudah, membayar rekening air secara tepat waktu. Selain menghindari denda, pelanggan juga mendapat kesempatan mengikuti undian pelanggan teladan.

Menurutnya, PDAM tidak pernah mengharapkan denda pelanggan, namun tetap saja kelangsungan operasional berjalan dengan pembayaran rekening air pelanggan.

"Selama ini masih cukup terkendali, kita selalu mengusahakan dan berharap walaupun ada banjir pelayanan kita tetap jalan," pungkasnya.