Hot Borneo

Bangun Bundaran Rumpiang, Batola Gandeng Fakultas Teknik ULM

apahabar.com, MARABAHAN – Diplot menjadi salah satu landmark, Barito Kuala (Batola) akan menggandeng Fakultas Teknik Universitas…

Bundaran Jembatan Rumpiang diplot menjadi salah satu landmark di Barito Kuala. Foto: apahabar.com/Bastian Alkaf

apahabar.com, MARABAHAN – Diplot menjadi salah satu landmark, Barito Kuala (Batola) akan menggandeng Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk desain bundaran di Jembatan Rumpiang.

Proses pembuatan bundaran yang akan membelah persimpangan menuju Marabahan dan Margasari tersebut, masih terus berproses.

Sampai sekarang gambaran nyata bundaran sudah terlihat, setelah Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Kalimantan Selatan menyelesaikan pelebaran jalan.

Diketahui pelebaran jalan yang mengelilingi bundaran termasuk dalam paket preservasi jalan Simpang Handil Bakti-Marabahan-Kandangan.

Setelah pondasi awal terbentuk, pembangunan bundaran akan ditangani sepenuhnya oleh Batola melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR).

Baca juga:Rawan Kecelakaan, Bundaran Rumpiang Segera Pindah Tempat

“Pembangunan fisik bundaran dilanjutkan dan anggaran pun sudah dimasukkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) 2023. Sedangkan sekarang masih proses perencanaan,” papar Kabid Tata Ruang dan Bina Konstruksi Dinas PUPR Batola, Saraswati Dwi Putranti, Jumat (12/8).

“Kami bekerja sama dengan Fakultas Teknik Prodi Arsitek ULM untuk desain bundaran. Terdapat beberapa desain yang akan dibuat sebagai pilihan,” imbuhnya.

Begitu selesai dibikin, semua desain akan diekspos agar masyarakat mengetahui. Dalam ekspos ini, semua masukan dari masyarakat, tokoh masyarakat dan budayawan akan menjadi bahan.

“Tentu kami tidak ingin ketika ingin membangun sesuatu yang diniatkan menggambarkan Batola, ternyata kurang sesuai,” tegas Saraswati.

“Memang awalnya desain akan disayembarakan. Namun mempertimbangkan waktu penyusunan anggaran pembangunan fisik, waktu yang tersedia kurang memadai. Terlebih di akhir 2022, angka harus dimasukkan ke RKA,” imbuhnya.

Banyak Aspek

Terlepas dari ekspos yang akan dilakukan, ekspektasi terhadap bundaran di Jembatan Rumpiang memang dapat mewakili unsur khas di Batola.

“Mengingat Batola masih kawasan pertanian padi dan sentra jeruk, desain bundaran sebaiknya mengadopsi dua unsur ini,” papar Nasrullah, antropolog ULM kelahiran Batola.

“Misalnya mengadopsi bentuk jeruk yang membundar, setangkai padi, ataupun berbagai peralatan pertanian padi,” imbuhnya.

Dengan demikian desain tersebut menghadirkan sesuatu yang lokal, tapi dapat dipahami masyarakat luas, serta secara fungsional sebagai pengubung yang menuju Marabahan, Margasari dan Banjarmasin.

“Makanya desain bundaran mesti menghindari sebagai sesuatu dari negeri antah berantah yang seolah-olah membuat arsitek kehilangan daya cipta untuk mengadopsi lokalitas,” tambah Nasrullah.

Selain aspek budaya, hal lain yang dapat menjadi bahan adalah posisi Jembatan Rumpiang sendiri. Dalam Perang Banjar, kawasan ini diyakini sebagai situs pertempuran Panglima Wangkang melawan Belanda.

“Memang mungkin agak kesulitan melacak aspek yang dapat diadopsi dari sejarah ke desain. Namun ornamen senjata khas, relief peperangan atau Benteng Wangkang juga bisa dipikirkan,” tandasnya.