Bali Net Zero Emission 2045

Bali NZE 2045, IESR: Dekarbonisasi di Sektor Ketenagalistrikan

IESR mendukung komitmen Pemerintah Provinsi Bali untuk merealisasikan inisiatif Bali Net Zero Emissions (NZE) 2045.

IESR mendukung komitmen Pemerintah Provinsi Bali untuk merealisasikan inisiatif Bali Net Zero Emissions (NZE) 2045. Foto: IESR

apahabar.com, JAKARTA - Institute for Essential Services Reform (IESR) mendukung komitmen Pemerintah Provinsi Bali untuk merealisasikan inisiatif Bali Net Zero Emissions (NZE) 2045. Salah satu upaya yang signifikan dalam inisiatif tersebut adalah dekarbonisasi di sektor ketenagalistrikan.

Manajer program Akses Energi Berkelanjutan IESR Marlistya Citraningrum menilai dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan merupakan langkah strategis dalam perjalanan Bali untuk mewujudkan tujuan netral karbon. Langkah itu memiliki dampak signifikan dalam mengurangi jejak karbon dan membantu menjaga keindahan alam Bali yang semakin rentan terhadap perubahan iklim.

Bali, kata Marlistya, telah memiliki rencana pembangunan rendah karbon berwawasan lingkungan dengan prinsip nangun sat kerthi loka Bali serta berbagai peraturan yang menyasar dekarbonisasi.

"Misalnya Peraturan Gubernur Bali tentang Energi Bersih dan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai," ujar Marlistya dalam keterangannya, Selasa (29/8).

Baca Juga: Kembangkan Industri PLTS di ASEAN, IESR: Indonesia Perlu Kolaborasi

Komitmen itu menjadi bekal penting bagi Bali untuk mewujudkan visi NZE 2045 dengan dukungan dari berbagai pihak. Termasuk dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan menjadi elemen penting mengingat sumber emisi dominan di Bali berasal dari sektor energi, termasuk listrik.

Untuk menuju dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan, terdapat sejumlah strategi yang secara aktif didorong IESR, di antaranya pemetaan potensi teknis PLTS atap untuk bangunan pemerintah, fasilitas publik, hotel, restoran serta pelaku bisnis lainnya. Hal lainnya, identifikasi skema pembiayaan inovatif untuk adopsi energi terbarukan, analisis pasar untuk memahami perilaku calon pengguna PLTS atap.

"Termasuk motivasi dan pilihan pembelian, dan analisis hosting capacity untuk mengetahui keandalan sistem dengan penetrasi energi terbarukan skala besar dan tersebar,” kata Marlistya.

IESR telah secara aktif bekerja sama dengan Pemprov Bali sejak 2019 mendata potensi teknis energi terbarukan di Bali. Diketahui besar potensinya mencapai 143 GW, termasuk di dalamnya potensi teknis PLTS terpasang di daratan sebesar 26 GWp (20% potensi).

Baca Juga: Rasio Elektrifikasi, IESR: Tak Menjamin Keandalan Kualitas Listrik

"Dari data itu dapat dikembangkan dengan penyimpan daya hidroelektrik terpompa (pump hydro energy storage, PHES) yang potensinya sekitar 5,8 GWh," jelasnya

Selain itu, IESR bekerja sama dengan Center of Excellent Community Based Renewable Energy (CORE) Universitas Udayana untuk mengidentifikasi potensi energi terbarukan lainnya di Nusa Penida seperti energi surya, biodiesel (CPO, jathropa, rumput laut), biomassa dan energi angin, serta potensi penyimpan energi seperti baterai dan pumped-hydro energy storage (air laut).

Salah satu yang sedang berjalan, kerja sama IESR dan CORE Universitas Udayana adalah studi kasus Nusa Penida dalam memenuhi kebutuhan energinya dengan 100 persen energi terbarukan.

"Di mana saat ini sumber energi di Nusa Penida sudah dipenuhi 30%-nya dengan energi terbarukan, yaitu PLTS dengan baterai," terangnya.