Kesehatan Tubuh

Bahaya Bagi Tubuh, WHO Peringatkan Kurangi Garam, Gula dan Lemak

WHO kembali himbau kurangi takaran gula, garam dan lemak dalam makanan demi kesehatan jangka panjang.

Mengurangi Makanan Ultra Proses sebagai Cara Mengurangi Garam, Gula dan Lemak untuk Kesehatan Tubuh. Foto: iStock Photo

apahabar.com, JAKARTA - WHO kembali himbau takaran gula, garam dan lemak dalam makanan, termasuk pada makanan ultra-proses atau makanan olahan. Tujuannya untuk kesehatan jangka panjang.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau orang dewasa untuk mengonsumsi natrium adalah kurang dari 2000 mg/hari, atau setara dengan <5 g/hari garam.

Namun pada kenyataannya rata-rata orang dewasa mengonsumsi sebesar 4310 mg/hari natrium atau setara dengan 10,78 g/hari garam. Angka ini melebihi batas dari yang dianjurkan WHO.

Konsumsi garam, gula dan lemak yang berlebih berakibat pada kesehatan tubuh, terutama terjadinya penumpukan asam lemak trans dan lemak jenuh.

Dampak kesehatan akibat pola makan yang tinggi natrium di antaranya peningkatan tekanan darah, risiko penyakit kardiovaskular, kanker lambung, obesitas, osteoporosis, penyakit Meniere, dan penyakit ginjal.

Maka dari itu, WHO kembali mengimbau untuk mengurangi asupan natrium, sebagai satu langkah guna meningkatkan kesehatan dan mengurangi penyakir tersebut.

Rodri Tanoto, National Professional Officer WHO Indonesia, melalui akun X-nya ikut membahas soal mengurangi hal tersebut.

"Ingat guys, salah satu cara mudah mengurangi gula, garam, dan lemak adalah mengurangi jajan Pangan Ulta Proses (PUP)," ungkapnya di akun X (@RodriChen), dikutip Senin (15/1).

Ilustrasi Makanan Ultra Proses. Foto: iStock Photo

Ultra Processed Food

Ultra Processed Food adalah penggolongan jenis makanan yang melewati berbagai pemrosesan, dan mengandung banyak makanan serta menyebabkan permasalahan kesehatan.

"Pangan ultraproses didesain praktis sehingga enak, tapi terbukti meningkatkan risiko kesehatan lainnya," katanya.

Beberapa makanan yang termasuk dalam PUP adalah kripk kentang, kentang, goreng, ayam, goreng, makanan beku, sosis, nugget dan makanan olahan lainnya, roti kemasan, minuman soda berkarbonasi hingga mie instan.

Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa proses dalam pembuatan makanan tersebut merusak gizi karena menambahkan beberapa bahan seperti gula, garam, lemak, perasa, pewarna hingga pengawet buatan. Penambahan tersebut mempengaruhi kandungan nutrisi di dalamnya.

Makanan yang dikemas secara menarik dan mudah disantap membuatnya mudah ditemukan. Kemudahan menemukan makan ultra proses ditakutkan menggantikan makanan utuh yang lebih bergizi.

"Riset menunjukkan bahwa makanan tersebut merangsang radang di usus, merubah susunan mikroba baik dan meningkatkan risiko kanker," pungkasnya.

Tanoto dalam penuturannya mengakui mengurangi makanan tersebut dapat digunakan untuk mencegah penyakit lainnya yang membahayakan tubuh.

"Meski tidak diberi label ultra-proses pada kemasan, tapi perlu melihat komposisi pada kemasan tersebut," tutupnya.