Sejarah Toilet Flush

Apa Jadinya jika Harrington Tidak Menemukan Toilet Modern bagi Peradaban Manusia?

Kenyamanan yang didapat saat berlama-lama di toilet, boleh dibilang, berkat Sir John Harrington. Penulis asal Inggris itu menemukan kloset bilas.

Ilustrasi Penemuan Toilet dari Masa ke Masa (Foto: AdobeStock)

apahabar.com, JAKARTA - “Ide bisa datang dari mana saja, tak terkecuali toilet.” Pepatah tersebut agaknya terbukti benar bagi segelintir orang, salah satunya Martin Luther, sosok penting di balik lahirnya agama Kristen Protestan.

Sekelompok arkeolog asal Jerman mengungkapkan bahwa Luther menuntaskan pemikiran tentang 95 Dalil di toilet. Dugaan ini diperkuat dengan temuan terdahulu yang menunjukkan dirinya mengidap masalah konstipasi alias sembelit.

Presiden Pertama Indonesia, Soekarno, juga punya kisah unik dengan toilet. Kabarnya, Bapak Proklamator ini tak bisa menanggalkan kebiasaan membaca buku di toilet. Sebab itulah, kamar mandi di rumahnya dilengkapi meja khusus untuk menyimpan bahan bacaan.

‘Kemesraan’ sederet tokoh besar dengan toilet tentu tak terlepas dari sejarah panjang tempat buang hajat itu sendiri.

Kenyamanan yang didapat saat berlama-lama di toilet, boleh dibilang, berkat Sir John Harrington.

Pada 1569, penulis asal Inggris itu menemukan ‘kloset bilas’, toilet yang berwujud menyerupai kloset modern saat ini. Lantas, bagaimana kisah perjalanan toilet dari masa ke masa?

Mulanya Jadi Penanda Perbedaan Kelas Sosial

Adalah orang India dan Pakistan di Peradaban Lembah Indus, yang pertama kali melahirkan gagasan toilet pada tahun 2500 SM.

Setiap toilet yang dibangun kala itu sudah terhubung dengan saluran pembuangan dan sistem drainase.

Hampir semua tempat tinggal di Peradaban Lembah Indus memiliki toilet. “Rumah yang punya kloset itu menandakan kelas ekonomi mereka di Indus,” kata seorang arkeolog asal University of Pennsylvania, Jennifer Bates, dikutip dari Discover Magazine.

Sementara itu, bagi penduduk yang tak punya kloset di kediamannya, disediakan fasilitas toilet umum. Namun, keadaannya tentu berbeda jauh dengan toilet umum saat ini.

Meski sama-sama dipakai bergantian, toilet umum masa kini setidaknya masih menyekat satu bilik dengan bilik lainnya.

Sementara kala itu, toilet umum berbentuk menyerupai deretan bangku berlubang yang menempel ke dinding, tanpa ada tembok penyekat.

Bangunan toilet umum juga tidak berdinding putih layaknya bangunan Romawi yang bertebaran di internet. Malahan, di luar pintu masuknya terdapat coretan semacam grafiti, dengan kombinasi warna merah dan putih.

Melansir The Secret History of Ancient Toilets (2016), seorang jurnalis asal Australia, Chelsea Wald, mengatakan coretan tersebut merupakan penanda lamanya waktu mengantre untuk menggunakan toilet umum. 

Kombinasi warna pada coretan itu, sambungnya, juga memiliki makna tersirat. Warna merah dan putih mengindikasikan bahwa pengguna toilet umum berasal dari kalangan kelas bawah.

Bilik Khusus Orang Kaya

Meski waktu terus bergulir, kebiasaan menggunakan toilet berdasarkan kelas sosial seolah belum menghilang.

Pada abad pertengahan, sejumlah kastil di Inggris punya ruangan kecil yang di dalamnya terdapat toilet dengan saluran pembuangannya mengarah ke parit.

Ruangan kecil tersebut disebut sebagai garderobe. Toilet ala abad pertengahan ini dilengkapi jendela kecil untuk mengalirkan udara segar. Sementara itu, kursi toilet dibuat dari kayu yang dilubangi di bagian tengahnya.

Walaupun terlihat sederhana, tak semua orang bisa memakai garderobe. Hanya kalangan bangsawan atau orang kaya yang memiliki toilet tersebut.

Titik Cerah Sanitasi, Hasil Tangan Dingin Harrington

Inovasi toilet terus lahir seiring berkembangnya zaman. Namun, belum ada yang menciptakan toilet dengan sistem pembuangan mutakhir. Kebanyakan, kotoran manusia dibuang begitu saja di parit.

Malahan, pada abad ke-18, orang-orang membuang kotoran – yang sebelumnya dikumpulkan di sebuah pispot – ke jalanan. Melalui jendela, mereka berteriak, “Gardy loo!”, berasal dari bahasa Prancis, Gardez l’eau, yang berarti “hati-hati, ada air!”

Kondisi jalanan yang dipenuhi kotoran pun menimbulkan berbagai macam penyakit. Sampai akhirnya, anak baptis Ratu Elizabeth I yang bernama Sir John Harrington, membawa titik terang dengan ’melahirkan’ kloset bilas.

Dirinya menamakan temuan itu dengan sebutan Ajax. Usai sang ratu mencobanya, Harrington pun memasangkan toilet serupa di Istana Richmond.

Sayangnya, penemuan Harrington ini tidak mudah diterima oleh masyarakat. Sebab,  pada saat itu, masyarakat setempat masih setia menggunakan pispot. Terlebih lagi, kloset tersebut masih menimbulkan bau lantaran tak memiliki pipa berbentuk S dan U.

Penyempurnaan Temuan Harrington

Alhasil, pada 1775, Alexander Cumming mulai menyempurnakan temuan Harrington. Dia melengkapi toilet dengan saluran pembuangan leher angsa atau berbentuk huruf S.

Saluran tersebut berfungsi mencegah bau tidak sedap setelah buang air besar. Bentuk toilet ini juga membuat air menggenang di bagian leher angsa, sehingga tak menimbulkan bau.

Demikianlah sekilas sejarah perkembangan toilet dari masa ke masa. Bisa terbayang, bukan, bagaimana jadinya jika kloset flush tak pernah ditemukan hingga kini?

Boleh jadi, kotoran manusia masih berserakan di jalan-jalan. Umat manusia pun rentan terserang berbagai penyakit.