Antropolog ULM Soroti Kasus Dugaan Penipuan Agen Travel Umrah, Dewan Kalsel Diharap Beri Perhatian!

Ratusan jemaah umrah asal Kalsel dan Kaltim mengalami kemalangan, pasalnya mereka ditipu PT Naila Syafaah, selaku agen travel yang akan memberangkatkan mereka..

Ilustrasi - Sejumlah jemaah gagal berangkat terlantar di Bandara Soekarno Hatta Jakarta. Foto: Kompas.com

apahabar.com, BANJARMASIN - Ratusan jemaah umrah asal Kalsel-Kaltim mengalami kemalangan, pasalnya mereka diduga ditipu PT Naila Syafaah, selaku agen travel yang akan memberangkatkan mereka ke Mekah.

Terhitung 6 hari sudah ratusan jemaah ini terlunta-lunta. Setidaknya sudah tiga kali berpindah penginapan, mereka kini ditampung Kemenag RI di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur.

Tidak ada kejelasan, sebagian jemaah memilih pulang ke Banjarmasin. Jemaah bertahan, kebanyakan adalah mereka yang belum punya ongkos untuk pulang.

Persoalan lain yakni banyak dari jemaah tidak memiliki uang untuk membeli konsumsi sehari-hari.

Sebagian jemaah saat ini sudah mengambil langkah hukum. Mereka melaporkan PT Naila Syafaah ke pihak kepolisian atas dugaan tindak pidana penipuan.

Kasus penipuan oleh agen perjalanan umrah ini lantas menjadi fenomena yang terus berulang, mengapa demikian?

Antropolog Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Nasrullah melihat ada dua faktor yang memicu kasus ini kembali terjadi.

Pertama, kata Nasrullah, perjalanan umrah adalah proses ibadah yang dilakukan secara privat oleh individu masing-masing.

"Setiap orang berhak memilih agen perjalanannya masing-masing," kata dosen Pendidikan Sosiologi FKIP ULM itu, Kamis (6/10).

"Agen perjalanan dengan biaya paling murah tentu akan jadi primadona," tambah pria yang akrab disapa Inas itu.

Dalam arti lain, orang-orang tentu akan mudah tergiur dengan agel travel yang menyediakan perjalanan umrah dengan biaya murah.

Mengapa mayoritas jemaah yang tertipu kebanyakan berusia lanjut?

Menurut Inas, hal tersebut juga tidak lekang oleh faktor biaya. Banyak mereka yang terburu-buru untuk melaksanakan ibadah umrah karena khawatir dengan usia. Sehingga ketika ada tawaran ibadah umrah dengan biaya murah, langsung diambil tanpa banyak pertimbangan.

"Sebab jika memilih agen perjalanan dengan biaya tinggi, akan memakan waktu untuk mengumpulkan uangnya, sementara di sisi lain, ada kekhawatiran soal usia," paparnya.

"Banyak masyarakat yang masih tidak kritis dalam memilih agen perjalanan umrah," imbuhnya.

Kemudian, kata Inas, faktor lain pemicu kasus ini lagi-lagi terjadi adalah dari sisi agen yang hanya memikirkan bisnis.

"Orientasi beberapa agen travel hanyalah bisnis. Tidak berpikir kalau sebenarnya ini adalah ibadah," tekannya.

Oknum-oknum agen travel demikian ini, kata Inas, kerap memberikan harga perjalanan umrah murah, tapi justru menarik keuntungan dari sisi pemberian fasilitas pelayanan yang sangat buruk.

"Memang terkesan menggiurkan. Namun akan berdampak kurang baik juga bagi para jemaah ketika dalam proses ibadah. Misal diberikan fasilitas penginapan yang jaraknya cukup jauh yang pada akhirnya jemaah akan mengeluarkan ekstra payment," paparnya.

Inas menilai, tindakan oknum agen travel seperti ini lebih buruk daripada koruptor. Karena berdampak langsung terhadap psikologis para calon jemaah.

Dia lantas berharap, para wakil rakyat atau dewan Kalsel bisa turun langsung mendatangi para jemaah umrah yang saat ini terlantar.

"Berikan perhatian kepada para jemaah. Bersuara lah. Karena gaung suara wakil rakyat ini tentu akan lebih terdengar," harapnya.

Lebih jauh, dia berharap harus ada evaluasi kembali dari pemerintah yang terkait agar kejadian serupa tidak terus terulang di kemudian hari. Misalnya memberikan semacam akreditasi ke agen travel dan mensosialisasikannya ke masyarakat.

"Sehingga masyarakat akan tahu, agen travel mana saja yang bisa dipercaya," tandasnya.