Antisipasi Banjir di Batola, Puluhan Kilometer Irigasi Direhabilitasi

Mengantisipasi pengulangan banjir parah, puluhan kilometer jaringan irigasi di Barito Kuala (Batola) sudah direhabilitasi.

Kepala BWS Kalimantan III, I Putu Eddy Purna Wijaya, ketika memeriksa kondisi irigasi di Kecamatan Jejangkit. Foto: BWS Kalimantan III

apahabar.com, MARABAHAN - Mengantisipasi pengulangan banjir parah, puluhan kilometer jaringan irigasi di Barito Kuala (Batola) sudah direhabilitasi.

Banjir parah melanda Batola di awal 2021. Setidaknya tiga kecamatan terdampak, mulai dari Alalak, Mandastana dan Jejangkit.

Selain disebabkan banjir kiriman dari Banjar, pendangkalan sungai dan jaringan irigasi membuat air lambat mengalir ke Sungai Barito dan Alalak.

Memasuki 2022 dan 2023, banjir kembali melanda Jejangkit dan sejumlah desa di Mandastana.

Mengantisipasi agar kejadian serupa tidak terulang, sejumlah saluran irigasi mulai direhabilitasi.

Bahkan pekerjaan tersebut sudah dimulai sejak awal 2023, baik oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III, Dinas PUPR Kalimantan Selatan, maupun Dinas PUPR Batola.

Rehabilitasi tidak hanya dilakukan di pusat banjir, tetapi juga saluran yang berfungsi mengalirkan air ke Sungai Barito maupun Alalak.

Baca Juga: Alalak Batola Dilanda Banjir, Jalan Trans Kalimantan Jadi Area Parkir

Baca Juga: Akibat Banjir di Batola, Ribuan Ekor Itik Mati

"Sebagian sudah selesai, sedangkan sisanya dalam proses dan akan dikerjakan dalam anggaran perubahan," papar Kabid Sumber Daya Air Dinas PUPR Batola, Chairur Razi, awal pekan lalu.

Saluran yang direhabilitasi di Kecamatan Jejangkit di antaranya Desa Cahaya Baru sepanjang 4,8 kilometer, Desa Sampurna 4,95 kilometer, serta Desa Jejangkit Timur sepanjang 2 kilometer dan 8,67 kilometer.

Juga direhabilitasi saluran di Desa Sungai Pantai, Kecamatan Rantau Badauh, sepanjang 5,85 kilometer. Ditambah rehabilitasi saluran Desa Patih Selera, Kecamtan Belawang, sejauh 3,5 kilometer.

Sementara di Kecamatan Mandastana, dilakukan rehabilitasi saluran di Desa Puntik Dalam, ditambah Desa Panca Karya dan Desa Tanjung Harapan di Kecamatan Alalak sepanjang 8,05 kilometer.

"Kemudian untuk memelihara saluran, juga dilakukan galian waled di Desa Tabing Rimbah, Kecamatan Mandastana, sepanjang 16,7 kilometer," tambah Chairur Razi.

Pemanfaatan Lidar

Selain PUPR Batola, sungai-sungai atau ray yang dianggap memperparah banjir di Jejangkit, juga direhabilitasi BWS Kalimantan III.

"Beberapa ray ke arah Sungai Barito sudah dinormalisasi," papar Kepala BWS Kalimantan III, I Putu Eddy Purna Wijaya, Jumat (3/11).

"Kecuali Ray 5. Sesuai keinginan masyarakat, mereka meminta agar pengerukan dilakukan seusai panen. Artinya dalam waktu dekat, pengerukan akan dikerjakan," sambungnya.

Selain upaya normalisasi, BWS Kalimantan III juga berupaya memanfaatkan Light Detection and Ranging (Lidar).

Baca Juga: Picu Banjir di Jejangkit Batola, Warga Tuntut Penutupan Saluran Air PT Palmina

Baca Juga: BWS Pastikan PT Palmina Belum Kantongi Izin Pembuangan Air ke Sungai Alalak

Lidar merupakan teknologi penginderaan jauh terkini dalam penyediakan data pengukuran elevasi dengan cepat, sekaligus memetakan batas-batas dan kedalaman genangan banjir.

"Jejangkit memiliki karakter menampung air, sehingga rawan banjir terutama kalau curah hujan tinggi. Makanya air harus diatur agar dapat keluar ke arah hulu dan hilir," jelas Putu.

"Kami berharap dapat menggunakan Lidar agar rehabilitasi yang dilakukan terukur. Penyebabnya irigasi perlu kemiringan agar air tak tertahan di daerah tinggi, ketika mulai surut. Pemetaan ini juga berfungsi memperbaiki desain irigasi," tutupnya.