Anti Mainstream, Alumnus S2 UB Malang Pilih Berkebun di Kalsel

Menjadi guru atau dosen setelah lulus program magister, mungkin sesuatu yang lumrah.

Alumnus S2 UB Malang, Yandi Aulia Rahman, memilih berkebun di kampung halaman. Foto-Istimewa

apahabar.com, BANJARMASIN - Menjadi guru atau dosen setelah lulus program magister, mungkin sesuatu yang lumrah.

Tapi bagaimana jika lulus program magister di salah satu kampus ternama, memilih berkebun di kampung halaman.

Mungkin itu yang menggambarkan sosok Yandi Aulia Rahman (28), alumnus program magister Universitas Brawijaya (UB) Malang.

Ia kini memutuskan berkebun di kampung halamannya di Kecamatan Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).

Aktivitas itu digelutinya selepas lulus program magister, Jurusan Sosiologi Pedesaan, Fakultas Pertanian, UB Malang pada 2020.

"Mungkin ini dorongan orang tua dan pengaruh lingkungan sekitar. Di mana, mayoritas orang kampung saya adalah bertani dan berkebun," ucap Yandi kepada apahabar.com, Jumat (12/5) siang.

Sempat Dihujat

Yandi Aulia Rahman (28), alumnus program magister Universitas Brawijaya (UB) Malang. Foto-Istimewa

Ia mengaku sempat dihujat lantaran memilih melanjutkan program magister.

"Banyak warga yang bilang berkebun kok harus kuliah S-2, lulus SD juga bisa," kata Yandi meniru perkataan warga desa saat itu.

Meski begitu, ia tak berkecil hati.

Bahkan menjadikan hinaan sebagai pelecut semangat dan ajang pembuktian.

"Dari sana saya ingin membuktikan kepada masyarakat," ujarnya.

Sepulang dari tanah Jawa, ia pun mulai berkebun di lahan seluas 3 hektare.

"Modal awal sebesar Rp50 juta. Kala itu saya meminjam dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI)," sebutnya.

Terdapat berbagai jenis sayur dan buah yang ditanamnya.

Di antaranya lombok, pare, kol, tomat, kembang kol, daun bawang, terong dan kacang.

Kemudian ada pepaya, melon, jeruk, labu madu, semangka dan alpukat.

"Saya juga memelihara ayam bertelur. Kotoran ayam tersebut saya gunakan untuk pupuk sehingga mengurangi unsur kimia," ungkapnya.

Setelah panen, ia memasarkan hasil kebun di toko miliknya yang terletak di Kota Kandangan.

"Ini sesuai dengan konsep agribisnis berkelanjutan. Berkat kuliah saya bisa menerapkan hilirisasi bisnis," jelasnya.

"Selain dijual offline, saya juga memasarkannya via media sosial seperti Facebook, Instagram dan WhatsApp. Kemajuan teknologi informasi sekarang ini benar-benar memudahkan pelaku UMKM," lanjutnya. 

Omzet Ratusan Juta per Bulan

Selain berkebun, Yandi juga memelihara ayam bertelur. Foto-Istimewa

Dari hasil penjualan buah dan sayur, ia mampu meraup omzet kurang lebih Rp120 juta per bulan.

"Itu hasil penjualan dari dua outlet. Masing-masing outlet Rp60 juta per bulan," bebernya.

Ke depan, ia bertekad menyediakan semua jenis sayur dan buah dari hasil kebun sendiri.

Mengingat, selama ini ada sebagian sayur dan buah yang masih membeli di Pulau Jawa.

"Setelah semua terpenuhi, Insya Allah saya akan membuka cabang di kabupaten atau provinsi lain," pungkasnya.