Nasional

Anggota Wanadri Meninggal di Meratus Berdarah Banjar

apahabar.com, BANJARMASIN – Dunia pencinta alam Tanah Air khususnya Kalimantan Selatan (Kalsel) kembali berkabung. Hal itu…

Anggota Wanadri Sarbini atau akrab disapa Beben (55) meninggal di Pegunungan Meratus, HST. Foto-Istimewa

apahabar.com, BANJARMASIN – Dunia pencinta alam Tanah Air khususnya Kalimantan Selatan (Kalsel) kembali berkabung.

Hal itu menyusul berpulangnya anggota Wanadri, Sarbini, pada Sabtu (13/2) sekitar pukul 16.00 Wita.

Sarbini meninggal saat dalam perjalanan menuju Desa Juhu, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).

“Iya benar, sekarang masih dalam proses evakuasi,” ucap Pembina Pecinta Alam HST, Muhammad Yani kepada apahabar.com, Minggu (14/2) sore.

Lantas siapa sebenarnya mendiang Sarbini?

Mendiang merupakan lelaki berdarah Banjar yang berdomisili di Ibu Kota Jakarta. Berdasarkan Kartu Tanda Penduduk (KTP), mendiang lahir di Banjarmasin, 10 Oktober 1966.

Namun saat ini, mendiang bersama istri menetap di Sumur Batu, Kemayoran, Jakarta Pusat, DKI Jakarta.

"Ya benar, beliau tinggal di Jakarta. Namun beliau kelahiran Banjarmasin," ucap Pembina Pencinta Alam HST, Muhammad Yani kepada apahabar.com, Minggu (14/2) malam.

Yani mengaku sangat kehilangan sosok Sarbini. Dia berbelasungkawa yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya Sarbini.

Kepala Dinas LH HST ini berterima kasih yang tak terhingga atas dedikasi mendiang selama hidupnya untuk kelestarian alam.

Selama hidup, Sarbini dikenal dengan sosok yang peduli dengan lingkungan, khususnya Meratus.

Tak jarang mendiang terlibat aktif dalam pergerakan Save Meratus yang selama ini digaungkan para aktivis di Banua, sebutan Kalsel.

Sebelumnya, mendiang bersama rekannya satu organisasi di Wanadri baru selesai melaksanakan kegiatan sosial peduli banjir di Desa Hantakan.

Akan tetapi, mendiang memilih untuk bertahan dan bertekat melanjutkan perjalanan menuju Desa Juhu untuk menyaksikan aruh adat masyarakat Dayak Meratus.

Mendiang tak sendiri, melainkan didampingi tim medis dan warga setempat.

Setelah beberapa hari melakukan perjalanan, Yani mendapatkan kabar, mendiang menghembuskan nafas terakhir di Puncak Gunung Kilai.

Gunung Kilai merupakan tanjakkan terakhir menuju Desa Juhu. Ketinggiannya kurang lebih 1.500 MDPL.

“Sekitar 25 orang telah melakukan evakuasi,” pungkasnya.