Hot Borneo

[ANALISIS] Siapa yang Paling Berpeluang Jadi Rektor ULM?

apahabar.com, BANJARBARU – Pemilihan Rektor (Pilrek) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) 2022 sudah di depan mata. Siapa…

Kampus ULM Banjarmasin. Foto: Dok.apahabar.com

apahabar.com, BANJARBARU – Pemilihan Rektor (Pilrek) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) 2022 sudah di depan mata. Siapa sosok nomor satu di kampus tertua Kalimantan kini di tangan Menteri Nadiem Makarim.

Tahapan Pilrek ULM periode 2022-2026 berlanjut ke tahap pemilihan 31 Agustus mendatang. Kontestasi mengerucut ke tiga nama. Yaitu Prof Dr Achmad Alim Bachri, Dr Ir H Achmad Syamsu Hidayat, dan Prof Dr H Aminuddin Prahatama Putra.

Ketiga calon tersebut bukanlah sosok sembarangan. Prof Aminuddin adalah Wakil Rektor I Bidang Akademik di ULM. Dr Syamsu Hidayat adalah Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan. Sementara Prof Alim Bachri dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis sekaligus mantan Wakil Rektor I ULM.

Mengacu hasil sidang tertutup para anggota senat 13 Juli lalu, Prof Alim Bachri unggul dengan sebanyak 30 suara, Dr Achmad Syamsu Hidayat 24 suara, dan Prof Aminuddin 8 suara.

Kendati begitu, tahap terakhir pemilihan rektor masih bergantung sang menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.Diketahui Menteri Nadiem memiliki bobot suara 35 persen dari total jumlah anggota senat sebanyak 67. Berdasarkan haknya atas suara tersebut, Nadiem bisa membagi suaranya ke para kandidat atau bulat hanya untuk satu kandidat.

Lantas, siapa yang paling berpeluang?

apahabar.com kemudian meminjam analisis Prof Udiansyah. Hitung-hitungan guru besar satu ini semua calon masih memiliki peluang yang sama.

“Semua berpeluang, karena hasil evaluasi menteri itulah yang paling bisa menentukan siapa yang berpeluang menang,” ujarnya kepada apahabar.com, Sabtu pagi (30/7).

Prof Alim Bachri memang memiliki modal 30 suara, namun tak serta merta guru besar Fakultas Ekonomi itu terpilih. Bergantung lagi pilihan Nadiem.

Semisal suara Nadiem jatuh ke nomor dua, Dr Syamsu Hidayat dengan 24 suara atau nomor tiga, Prof Aminuddin dengan 8 suara, maka keduanya juga berpeluang.

“Persentase suara menteri itu 35 persen. Misal nomor tiga dengan 8 suara, ditambah suara menteri 36 maka menjadi 44 suara,” ujarnya.

Lain halnya lagi bila Nadiem memberi suaranya rata ke ketiga calon rektor, maka Prof Alim Bahri yang paling berpeluang.

“Jika sama rata, tambahkan saja semuanya dengan 12, maka yang nomor satu dengan 30 suara tadi yang menang, karena jadi 42 suara,” ujarnya.

“Jadi tergantung hasil evaluasi menteri, tidak bisa kita menduga-duga,” ujar Prof Udiansyah.

Sebelum beranjak ke pemilihan, asesmen dilakukan oleh Kementerian Pendidikan terhadap para calon rektor. Yang ditekankan adalah visi-misi para calon untuk mengembangkan ULM ke depan.

“Jadi betul-betul itu dinilai. Yang dipilih menteri yang akan menang, enggak bisa protes yang lain,” cetus mantan kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah XI Kalimantan tersebut.

Prof Dr Udiansyah. Foto: LLDIKTI Wilayah XI Kalimantan

Sejak pertengahan Juni lalu, sejumlah bacalon rektor mulai bergerilya. Demi mencari dukungan, manuver dilakukan. Bahkan hingga lingkar istana negara.

Tokoh yang didatangi salah satu bacalon rektor ULM adalah politisi. Sosok yang punya pengaruh besar di partai yang sedang berkuasa saat ini. Tentu, memiliki kedekatan khusus dengan Presiden Joko Widodo. Sejauh mana relasi ini menentukan?

“Sepengalaman saya tidak begitu menentukan,” ujar Prof Udiansyah.

Bisa jadi menentukan, kata Prof Udiansyah, manakala figur calon yang bersangkutan memang sesuai dengan kriteria Menteri Nadiem.

“Cuma kalau kebetulan pas sesuai dengan pilihan menteri atau menteri setuju dengan rekomendasi politisi, maka itu jadi menentukan,” pungkasnya.

Sisa waktu pemilihan kian dekat. Prof Udiansyah pun mengimbau para kandidat menciptakan Pilrek yang sejuk dan damai. Bersaing secara sehat, layaknya seorang akademisi.

“Sebagai suatu usaha atau ikhtiar semua bisa saja dilakukan. Tapi, sejauh mana menentukan, bergantung kehendak Yang Maha Kuasa,” sambungnya.

Ketua Senat ULM, Prof Hadin Muhjad, kepada apahabar.com beberapa waktu lalu, mengaku belum mengetahui jika ada bacalon rektor yang sowan mencari dukungan hingga ke istana.

Menurut Prof Hadin, langkah politis dalam Pilrek bisa saja dimaklumi. Sebab, setiap kandidat punya hak untuk memainkan strategi.

"Sejatinya, senat tidak bisa mengatur itu. Sebab, hak pribadi masing-masing [bacalon] bebas melakukan usahanya," ucap Prof Hadin.

Prof Hadin meyakini gerilya bacalon ke politisi takkan berpengaruh pada hasil akhir. Toh, kata Prof Hadin, hak suara senat lebih dominan ketimbang pemerintah pusat.

"Daripada ke tokoh politik, lebih baik lapor ke Tuhan," Prof Hadin berkelakar.

Puncak pemilihan rektor digelar 31 Agustus 2022. Lalu, pada 1-3 September penyampaian berita acara ke Menteri Nadiem. Kendati begitu, sampai saat ini Prof Hadin belum menerima kabar kapan asesmen dari kementerian ke para calon bakal dilakukan.

Sssttt.. Bacalon Rektor ULM Sowan ke Politisi Lingkar Istana