Alhamdulillah Hujan Guyur Jejangkit Batola, Karhutla Diharapkan Berkurang

Setelah sekian lama ditunggu, hujan akhirnya mengguyur sebagian besar Kecamatan Jejangkit, Barito Kuala (Batola), Senin (11/9) siang.

Hujan akhirnya mengguyur sebagian besar Kecamatan Jejangkit, Barito Kuala (Batola), Senin (11/9) siang. Foto: Jejangkit Raya Rescue

apahabar.com, MARABAHAN - Setelah sekian lama ditunggu, hujan akhirnya mengguyur sebagian besar Kecamatan Jejangkit, Barito Kuala (Batola), Senin (11/9) siang.

Hujan menjadi berkah yang disyukuri masyarakat setempat, mengingat Jejangkit dilanda kekeringan hingga dikelilingi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dalam beberapa pekan terakhir.

"Alhamdulillah Jejangkit diguyur hujan lumayan deras. Mudahan api (karhutla) mati seberataan (semuanya)," papar personel BPK Jejangkit Raya Rescue, Hairullah, ketika dihubungi apahabar.com.

Hujan yang turun tidak serentak. Seperti di Desa Sampurna, hujan mengguyur sekitar pukul 12.40 Wita. Sedangkan di Desa Jejangkit Pasar, hujan mulai pukul 16.15 Wita.

Di sisi lain, karhutla di Jejangkit merupakan yang terbesar di Batola. Di antaranya terjadi di Sampurna, Jejangkit Muara, Jejangkit Pasar, Jejangkit Timur, Bahandang dan Cahaya Baru.

Adapun luasan lahan yang terbakar sudah lebih dari 100 hektare. Sebagian besar lahan terdiri dari semak belukar, pohon galam dan purun.

Sementara ratusan hektare lahan yang ditanami padi di Jejangkit, mulai mengalami kekeringan.

Baca Juga: Jelang Salat Istiska di Batola, Marabahan Diguyur Hujan

Baca Juga: Karhutla di Batola Meluas, Mayoritas Berkobar di Jejangkit

Menggunakan data Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Jejangkit, terdapat sekitar 609 hektare lahan tanaman padi yang baru berusia sekitar 1 bulan.

"Dari total luas tanam 1.490 hektare, sekitar 609 hektare di antaranya berusia tanam sekitar 1 bulan. Sebagian besar varietas padi unggul," papar Kusairi, Kepala Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Jejangkit.

"Sedangkan sisanya sudah keluar malai. Ini termasuk 107 hektare lahan padi lokal yang siap panen," sambungnya.

Dari tujuh desa di Jejangkit, padi yang terancam kekeringan terluas berada di Sampurna. Penyebabnya banyak petani yang baru selesai tanam di akhir Juli 2023.

"Sudah sejak 2018, terjadi perubahan pola tanam karena kondisi alam. Biasanya Juni sudah selesai tanam, tetapi air di lahan masih dalam," jelas Kusairi.

"Akhirnya daripada tidak tanam sama sekali, petani tetap melakukan penanaman dengan risiko mengalami kekeringan dini," pungkasnya.