Kalsel

Alasan Polisi Sulit Tangkap Pembunuh Brutal di Gambah HST

apahabar.com, BARABAI – Sepekan sudah kasus pembunuhan brutal di Desa Gambah RT 4 Kecamatan Barabai. Pelakunya…

Polisi masih kesulitan menangkap terduga pelaku pembunuhan Dedi, warga Gambah yang tewas dihabisi di kediamannya sendiri. apahabar.com/Lazuardi

apahabar.com, BARABAI – Sepekan sudah kasus pembunuhan brutal di Desa Gambah RT 4 Kecamatan Barabai. Pelakunya pun masih belum bisa ditangkap oleh kepolisian.

Padahal, penyidik polisi sudah memeriksa para saksi. Termasuk mengantongi identitas pelaku pembunuhan yang tak lain tetangganya sendiri, Herlan (45).

“Memang untuk identitas pelaku sudah kita temukan. Saat ini kita masih dalam proses pencarian,” kata Kasat Reskrim Polres HST, AKP Purnoto melalui Ps Paur Subbag Humas, Aipda M Husaini kepada apahabar.com, Rabu (4/8).

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:

Sosok Pembunuh Brutal di Gambah HST Terungkap, Macan Kalsel Turun Gunung

Pelaku, kata Husaini, melarikan diri ke dalam hutan dan kerap berpindah-pindah tempat.

Diketahui pelaku pernah melakukan kejahatan serupa (residivis-red). Kemungkinan terbesar, ia sudah melarikan diri ke luar daerah hukum Polres HST.

“Pelaku ini kan melarikan dirinya ke dalam hutan. Sedangkan hutan kita ini luas dan bisa ke mana saja. Termasuk ke kabupaten tetangga bahkan ke luar daerah Kalsel,” terang Husaini.

Husaini berharap masyarakat yang mengetahui keberadaan pelaku bisa menginformasikannya ke anggota Polres HST.

“Mudah-mudahan dalam waktu dekat ada informasi sehingga bisa kita ungkap dan tangkap pelakunya,” tutup Husaini.

Untuk diketahui, tewasnya Dedi Rahman (42) pertama kali diketahui pada Rabu (28/7) siang.

Dia ditemukan dalam keadaan bersimbah darah sekitar pukul 11.30. Tubuhnya terdapat mata luka menganga.

Detik-detik kejadian Dedi tewas itu diungkapkan warga setempat.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:

Dari penuturan Utuk, awalnya Herlan mendatangi acara hajatan pernikahan warga di sana. Lokasinya tak jauh dari rumah korbannya, Dedi.

Ketika itu, dia datang sambil menenteng sebilah parang. Kata Utuk, dia mengatakan kepada warga di sana jika Dedu sudah dibacok.

“Tak ada yang berani mendekati Herlan. Ia seperti orang mabuk," kata Utuk, Rabu (28/7).

Warga yang berada di acara hajatan dan mendengar pernyataan H, sontak langsung mendatangi rumah DR.

"DR berlumur darah dan sudah tidak bergerak lagi," kata Utuk.

Warga pun, kata Utuk buru-buru membopongnya ke dalam ambulans untuk dibawa ke RSUD Damanhuri Barabai. Namun nyawanya tak tertolong lagi.

Ada mata luka menganga di bagian leher belakang, bahu dan pinggang.

Sementara Herlan sudah melarikan diri dengan menenteng sebilah sajam yang diduga digunakan untuk membacok Dedi.

"Dia lari ke arah perkebunan atau hutan. Kami tidak berani mengejar," aku Utuk.

Saat peristiwa terjadi, Dedi diketahui sedang di rumah sendirian. Istrinya, Inur dan anak berada di acara pernikahan.

DR tak ikut ke pernikahan karena dalam kondisi sakit.

"Jalan pun susah, kalau jalan seperti orang bungkuk. Lehernya tidak bisa menoleh bekas kecelakaan beberapa tahun lalu. Ibarat diajak duel ia tidak bisa melawan," kata salah satu tetangga korban.

Sehari-hari Dedi tidak bekerja. Karena kondisi tubuhnya tak mendukung.

Selama ini sang istrilah yang menjadi tulang punggung keluarga.

"Istrinya bekerja sebagai pembungkus kerupuk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," terang warga tadi.

Saat kejadian, tidak ada satu orang pun yang berada di lokasi.

"Kalau tidak Herlan sendiri yang mengatakan, tidak ada orang yang tahu (Dedi tewas)," terang Utuk.

Selama ini, dikisahkan warga, hubungan antara keduanya tidak pernah terjadi masalah. Jarak rumah pelaku dan korban hanya sekitar 50 meter.

Herlan diketahui bekerja sebagai tukang bangunan. Hidup hanya berdua dengan sang istri Nurdawati, belum memiliki anak.

Sang istri pun tidak bekerja. Di mata masyarakat, Herlan memang dikenal tertutup atau jarang bermasyarakat.

Hubungan rumah tangganya pun sempat diterpa masalah. Dari cerita-cerita warga setempat, sebelum kejadian terjadi cekcok antara Herlan dan istrinya.

Kabarnya, sang istri sampai diancam ingin dibacok hingga kemudian lari ke arah rumah Dedi. Saat itulah Dedi mencoba menengahi keduanya.

"Mungkin saat itu kejadiannya. Tapi kami juga belum yakin. Sebenarnya informasi yang jelas ini ke istrinya Herlan. Soalnya dia pasti tahu, tapi sampai sekarang orangnya tidak kelihatan, tak tahu ke mana," kata warga yang namanya enggan diwartakan.

Herlan juga diduga sebagai residivis. Dia pernah dipenjara di Kabupaten Kotabaru dengan kasus pembunuhan.

Herlan warga asli Gambah. Dia disebut seorang pemabuk dan kerap meresahkan warga usai minum-minuman keras.

“Banyak yang tidak suka dengan Herlan," tutup warga tadi.

Dari hasil identifikasi polisi, Dedi diserang secara brutal tanpa perlawanan. Dia diserang di rumahnya sendiri oleh Herlan menggunakan sajam yang diduga sebilah parang.

Akibat serangan itu, Dedi meninggal dunia. Di badannya terdapat beberapa mata luka akibat sabetan senjata tajam. Di antaranya di bagian tengkuk belakang leher, pinggang dan bahu.

“Belum diketahui pasti apa motif penyerangan tersebut. Yang pasti saat ini kita masih melakukan pengejaran,” tutup Husaini.

Kasus ini pun turut ditangani Tim 2 Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Kalsel.

“Benar. Saat ini dalam penyelidikan,” kata Kanit Opsnal Jatanras Ditreskrimum Polda Kalsel, AKP Endri Ary Dinindra dihubungi terpisah, Kamis (29/7).