Blok Masela

Akuisisi Blok Masela, Menteri ESDM: Pertamina Tidak Boleh Mundur

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menjelaskan status terkini proyek Blok Masela.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif (Foto:apahabar.com/ Daffa)

apahabar.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memaparkan status terkini pengelolaan Blok Masela. Menurutnya, proses pengambilalihan hak partisipasi atau participating interest (PI) Shell Upstream Overseas Ltd sebesar 35% di Blok Masela sudah menunjukkan titik terang.

Menteri Arifin manargetkan hak partisipasi itu akan dieksekusi oleh Pertamina pada akhir Juni ini. Hal itu harus dilakukan, karena berkejaran dengan waktu dan sejumlah proyek yang harus segera dikerjakan.

"Konsekuensinya kita punya project jadi mundur, produksi gas juga akan mundur," ujar Arifin kepada wartawan di Kementerian ESDM, Jumat (16/6).

Baca Juga: Pertamina Akusisi Blok Masela, Pembayaran Dilakukan Bulan Ini!

Menurut Arifin, jika Pertamina ikutan mundur, nantinya pemerintah yang harus menanggung, termasuk kembali mengambil alih pengelolaan blok tersebut. Ia berharap kondisi demikian tidak terjadi.

"Kalau nggak ada kepastian ya pemerintah akan ambil posisi. Sekarang ini kan yang porsinya selain Shell itu maju Pertamina sama Petronas ya. Tapi yang di depan Pertamina," jelasnya.

Sementara terkait produk gas (LNG) yang dihasilkan dari Blok Masela, Menteri Arifin menegaskan, kebutuhan dalam negeri tetap menjadi prioritas utama. Setelah itu baru untuk kebutuhan ekspor.

Baca Juga: Menteri ESDM Pastikan Pertamina Akuisisi Saham Shell di Blok Masela

"Ini sepertinya 60% untuk domestik, kan kita ke depannya perlu. Makin ke sana makin perlu, kita prioritaskan dalam negeri dulu. Jadi gitu," terang Arifin.

Oleh sebab itu, Menteri Arifin berharap Pertamina tetap pada semangat awal, yakni bergerak maju dalam penguasaan hak partisipasi 35% saham Shell. Pertamina tidak boleh mundur di proses akuisisi tersebut, karena sejumlah proyek ikutan telah menunggu.

"Misalnya proyek-proyek besar ini kan perlu pendanaan, pendanaan itu dia ingin kepastian kan dibayar pinjamannya. Nah untuk memastikan pembayaran itu dia harus firm dengan sumber keuangan untuk membayarnya dari mana, ya dari kontrak untuk pembelian itu," tandasnya.